Headline

Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Atasi Wabah dengan Cangkang Sawit

DY/AT/N-2
11/4/2020 06:10
Atasi Wabah dengan Cangkang Sawit
Ibu-ibu bergotong royong membuat jamu di Kampung Jagalan, DI Yogyakarta, kemarin.(MI/ARDI TERISTI)

SAHBIRIN Noor tidak pusing dengan ketersediaan disinfektan untuk menunjang pekerjaannya dalam memimpin langkah tanggap darurat penanganan covid-19. Gubernur Kalimantan Selatan itu menggunakan disinfektan asap cair dari biooil cangkang sawit.

Dengan cairan inilah Sahbirin turun sendiri memimpin penyemprotan di berbagai fasilitas umum, kantor pemerintah, dan tempat ibadah. Cairan yang sama juga dibagikan secara gratis kepada 13 pemerintah kabupaten dan kota di Kalimantan Selatan serta masyarakat.

“Kami yakin disinfektan produksi sendiri ini mampu membunuh virus, termasuk korona,” tegas Sahbirin.

Untuk melakukan penyemprotan di Kalimantan Selatan, sebanyak 230 anggota Masyarakat Peduli Api binaan Dinas Kehutanan Kalimantan Selatan dikerahkan. Mereka bergerak dengan semprotan gendong atau jet shooter dan mobil slip on pemadam kebakaran.

“Penyemprotan disinfektan ini kita lakukan ke seluruh wilayah Kalsel,” ungkap Kepala Dinas Kehutanan Kalsel, Hanif Faisol Nurofiq.

Pemilihan biooil atau asap cair dari bahan baku cangkang atau limbah sawit sebagai disinfektan ini merujuk pada hasil penelitian Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Asap cair dinilai sebagai disinfektan alami, ramah lingkungan, dan ampuh membunuh bakteri, termasuk virus. “Asap cair atau sering juga disebut cuka kayu ini tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan,” tutur Muhammad Saberansyah, Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat.

Ada 40 mesin pembuat asap cair di Kalsel, 21 di antaranya merupakan bantuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang semula berfungsi mengolah dan meningkatkan kualitas karet rakyat. Selama April, mereka akan memproduksi 12 ton asap cair yang dibagikan secara gratis kepada masyarakat.

Sulitnya mendapat vitamin di apotek dan toko obat juga tidak membuat warga Jagalan, DI Yogyakarta, kebingungan. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh, mereka membuat jamu atau empon-empon sendiri.

Sejumlah ibu di RT 06 RW 01 pun berinisiatif membuat jamu secara berkelompok. Mereka membagikan hasil produksi kepada warga berupa seduhan jamu yang sudah matang dan masih mentah secara cuma-cuma.  “Inilah cara warga bergotong royong menanggulangi wabah korona,” ujar Dwi Sariyono, tokoh Kampung Jagalan, yang mempelopori warga membuat jamu. (DY/AT/N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya