Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
RATU Kalinyamat sangat membenci Portugis yang menjajah nusantara. Maka ketika utusan Portugis, Kapten Fransisco De Lopez menghadap untuk memberi upeti sekaligus menawarkan kerja sama dia langsung menolaknya. Apalagi, Fransisco menyampaikan niatnya untuk membangun kantor dagang dengan maksud memonopoli, Ratu Kalinyamat mengusirnya.
Ketegangan antara Jepara dengan Portugis terus meningkat. Hingga pada puncaknya terjadilah pertempuran sengit antara pasukan Jepara melawan tentara Portugis yang berakhir dengan hengkangnya Portugis dari Jepara. Pada 1550 Raja Johor meminta bantuan armada perang kepada Jepara untuk melawan Portugis. Ratu Kalinyamat mengirimkan 40 kapal dan 4.000 orang prajurit. Ini merupakan pengiriman armada perang pertama ke Malaka.
Pada 1573, Ratu Kalinyamat diminta Sultan Ali Mukhayat Syah dari Aceh untuk menggempur Portugis di Malaka. Dia mengirimkan 300 kapal.
Pada tahun-tahun setelahnya, Ratu Kalinyamat terus membantu raja-raja nusantara untuk menghalau Portugis dari bumi nusantara. Sebuah perjuangan gagah berani seorang perempuan untuk membebaskan bangsa dan tanah airnya dari penjajahan. Cerita perjuangan Ratu Kalinyamat itu dimainkan dengan apik oleh keluarga besar Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Soloraya pada pentas ketoprak di Auditorium RRI Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu malam (21/12/2019).
Pementasan yang mengusung lakon Ratu Kalinyamat Mbedah Malaka itu merupakan puncak dari rangkaian acara peringatan hari ibu ke-91 yang diselenggarakan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) IWAPI Jawa Tengah.
Cetita tersebut mengisahkan bagaimana sepak terjang wanita pemberani dari Jepara itu dalam melawan penindasan oleh Portugis. Keberanian putri raja Demak, Sultan Trenggono yang memiliki nama asli Retno Kencono itu bahkan diapresiasi oleh Portugis. Ratu Jepara, seorang wanita yang kaya dan berkuasa, seorang perempuan pemberani, begitu Portugis menyebut dalam catatannya.
Semangat pantang menyerah dan keberanian untuk melawan dan mendobrak kebebasan penjajah Portugis yang dilakukan bupati Jepara itu dinilai pas untuk dijadikan teladan bagi kaum wanita, utamanya anggota IWAPI Jawa Tengah.
"Wanita sekarang ketika mereka menjadi pemimpin, harus berani untuk mendobrak keadaan. Tetapi sebagai perempuan tidak boleh melupakan kodratnya," kata Wakil Bendahara DPD IWAPI Jawa Tengah sekaligus Ketua panitia kegiatan, Winnys Herlambang di sela-sela acara.
Terlepas dari nilai keteladanan yang terkandung dalam cerita itu, pagelaran ini merupakan salah satu upaya IWAPI Jawa Tengah untuk melestarikan seni ketoprak. Satu hal yang sangat membanggakan, seluruh pemain dan pengrawit dalam pementasan malam itu berasal dari Dewan Pimpinan Cabang (DPC) IWAPI di eks Karisidenan Surakarta.
"Kami ingin kesenian teater rakyat yang dulu di tobong dan sekarang sudah mulai pindah ke gedung-gedung bagus seperti Taman Ismail Marzuki itu tetap hidup. IWAPI ingin ikut melestarikan, agar wong Jowo ora ilang Jawane," pungkas Winnys.
Ketua umum DPP IWAPI Pusat, Nita Yudi mengaku bangga dengan pementasan ketoprak yang diprakarsai IWAPI Korwil Soloraya itu. Apalagi cerita yang diangkat sangat pas dengan IWAPI, sama-sama perempuan dan pejuang. Hanya bentuk perjuangannya saja yang berbeda.
"Kami mohon dukungannya, karena saat ini Ratu Kalinyamat sedang diproses, diupayakan untuk menjadi pahlawan nasional." kata Nita didampingi Ketua DPD IWAPI Jawa Tengah, Lilik Lukitowati.
baca juga: Di Kabupaten Puncak, Papua, Harga Semen Rp2 Juta per Sak
Selain pementasan ketoprak, peringatan hari ibu ke-91 yang dilangsungkan di RRI Surakarta itu juga diramaikan pameran UMKM binaan IWAPI Jawa Tengah. Pameran yang bertujuan mempromosikan beragam produk unggulan itu diikuti 35 peserta. Pada siang harinya juga dilaksanakan seminar multitalenta yang diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan anggota IWAPI Jawa Tengah. (OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved