Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
GEDUNG evakuasi tsunami (escape building) di kawasan Desa Sukon, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, tidak terurus.
Bangunan bernilai puluhan miliaran rupiah yang dibangun oleh Badan Rehabilitasi Rekontruksi Aceh-Nias, setelah tsunami 26 Desember 2004 itu, kini terbiarkan jorok dan tidak terpelihara semestinya.
Berdasarkan pengamatan Media Indonesia di lapangan, Minggu (15/12), pada lantai dasar gedung tersebut dipenuhi kotoran ternak kambing, sapi, dan berbagai sampah lainnya. Lalu pada lantai dua juga tampak jorok dan kotor oleh sampah plastik bekas, pakaian bekas, dan dedaunan kayu berbau busuk.
Tampak banyak lantai keramik sudah rusak dan terkelupas. Tak hanya itu, bagian dinding banyak coretan atau tulisan sehingga terlihat kumuh. Lebih parah lagi, semua pintu dan kayu kusen sudah rusak.
Baca juga: Banjir Rendam Lima Kabupaten di Riau, Dua Orang Tewas
Hanya lantai tiga tampak sedikit barsih dan tidak ada kotoran ternak. Itu pun mungkin karena lantai paling atas itu tidak memiliki atap atau terbuka mirip lapangan, sehingga sering tersiram hujan. Padahal, sebelah selatan gedung kokoh itu adalah permukiman rumah warga Desa Sukon. Sedangkan sebelah utara terbentang tambak warga dan tepi pantai perairan laus Selat Malaka.
Pada 26 Desember 2004 lalu, kawasan setempat luluh lantak sehingga menewaskan ratusan jiwa akibat hantaman gempa bumi 9,3 SR yang menimbulkan tsunami dahsyat saat itu.
Escape building tersebut sengaja dibangun untuk tempat evakuasi penduduk sekitar bila sewaktu-waktu terjadi tsunami. Warga sekitar dan pemerintah setempat seperti tidak menghiraukan keberadaan gedung yang sangat bermanfaat bila gelombang raksasa kembali menghantam pesisir setempat. (OL-1)
KELUARGA miskin dengan suami istri tunanetra di Kabupaten Pidie, Aceh, mendapat rumah bantuan dari jemaah Safari Subuh Masjid Al-Falah Sigli.
KETUA Fraksi Golkar DPR Muhammad Sarmuji menanggapi soal keputusan Presiden Prabowo Subianto yang mengambil alih sengketa empat pulau antara Aceh dan Sumatera Utara (Sumut).
Hasan juga sempat merespon saat ditanya soal isu empat pulau sebagai pemberian hadiah dari Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian kepada Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi).
“Garis budaya dan historis jauh lebih penting dari garis administratif dan geografis. Secara ekonomi juga sama-sama milik NKRI,”
Yusril mengajak berbagai pihak, termasuk politisi, akademisi, ulama, aktivis, hingga tokoh-tokoh masyarakat agar menyikapi permasalahan ini dengan tenang dan penuh kesabaran.
Secara sosiologis, situasi ini berisiko menimbulkan konflik horizontal di kalangan masyarakat yang berada di wilayah perbatasan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved