Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
BERAGAM aktivitas warga biasa berlangsung di Sungai Rangkui yang membelah jantung Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung, selama puluhan tahun. Namun, sejak 1986, secara perlahan kondisi sungai mulai berubah.
Sungai yang terkenal dengan air yang jernih dengan beragam ekosistem air tawar seperti ikan, kepiting, dan udang kini sulit untuk dijumpai.
Dan pada 1986, debit air sempat meluap dari sungai tersebut sebagai akibat curah hujan dan pasang air laut. Ratusan rumah di sepanjang pesisir sungai terendam.
Dua puluh tahun kemudian, pada Februari 2016, Sungai Rangkui kembali meluap dan merendam ribuan rumah warga.
Dari dua peristiwa banjir besar di Kota Pangkalpinang tersebut, masyarakat harus banyak mengambil hikmah dengan menjaga lingkungan sekitar sungai.
Wali Kota Pangkalpinang Maulan Akli mengatakan penanganan masalah Sungai Rangkui harus serius dan membutuhkan dana yang tidak sedikit. Namun, semua itu harus dikerjakan dengan sinergi bersama Pemerintah Provinsi Bangka Belitung.
"Ada skenario besar akan saya lakukan. Di antaranya normalisasi Sungai Rangkui, tapi itu jangka panjang, tidak bisa sekarang berandai-andai karena dibutuhkan dana yang tidak sedikit," kata Maulan, belum lama ini.
Selain normalisasi sungai, pria yang akrab disapa Molen itu menambahkan, untuk mengatasi agar sedimentasi tidak terus terjadi, harus dibangun sediment trap. "Percuma kita normalisasi kalau tidak ada sediment trap, kemudian dua pintu air akan kita fungsikan kembali sebagai pengendali," terangnya.
Ia mengaku penanganan masalah banjir ini mengalami kesulitan karena wilayah Kace Timur bukan masuk wilayah Pangkalpinang. Melainkan wilayah Kabupaten Bangka. "Saya tertarik Kace Timur itu ke kita sebetulnya. Kalau ke kita, bisa lebih maksimal untuk mengatasi masalah banjir di Pangkalpinang," ungkap dia.
Ia berencana untuk membuat kampung pelangi di sekitar Sungai Rangkui, baik sisi kanan maupun sisi kiri. "Ingin menjadikan Sungai Rangkui tersenyum dengan ada kampung warna-warni di sekitar sungai. Tetapi kita belum tentukan di mana daerah yang strategisnya, saya sih ingin Jalan Trem itu,"ucap dia.
Untuk tahapan pertama pembangunan kampung pelangi, pihaknya akan menggelontorkan anggaran Rp1,5 miliar. "Kalau kampungnya bersih dengan warna-warni, tentunya sungai akan tersenyum masyarakat pun akan semakin sadar menjaga kebersihan, Insyallah banjir pun dapat terhindari,"tuturnya.
Kepala dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Pangkalpinang Suparlan optimistis air Sungai Rangkui masih bisa jernih kembali, asalkan hulunya tidak ada lagi aktivitas penambangan
"Air Sungai Rangkui masih bisa jernih tergantung di hulu. Pemerintah provinsi sebagai leading sector, kami tidak bisa berbuat apa apa karena Kace wilayah Bangka," kata Suparlan.
Ia mengaku jika air di hulu jernih, air yang masuk ke Sungai Rangkui akan jernih. "Sekali lagi saya tegas semua tergantung di hulu," ujarnya.
Mengenai Dua pintu air memang bisa difungsikan tapi tidak maksimal juga, tetap masuk lewat Jalan Trem, pintu air besar seharusnya dibangun di Ketapang Pangkalbalam sehingga air laut tidak masuk.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Babel Mikron Antariksa membenarkan dua kali banjir besar di Kota Pangkalpinang tidak terlepas dari pendangkalan sungai sehingga tidak mampu menahan debit air.
"Di hulu ada tambang, ditambah curah hujan tinggi dan air laut pun pasang sehingga sungai tidak mampu menahan debit air karena sudah terjadi pendangkalan pada sungai. Air pun meluap makanya terjadi banjir," kata Mikron.
Baca juga: Banjir Putuskan Jalan Penghubung Antardesa di Nias Selatan
BPBD menurut terus melakukan mitigasi bencana khusus di Sungai Rangkui agar banjir tidak kembali terulang kembali. "Kita selalu mitigasi bencana kepada masyarakat, terutama dalam menjaga kebersihan saluran air dan sungai, dan yang tak kala penting adalah menghentikan aktivitas tambang yang ada di hulu sungai," terangnya.
"Jika itu bisa dilakukan, Insyallah tidak banjir lagi. Air sungai Rangkui akan kembali jernih seperti sedia kala. Momen bulan pengurangan risiko bencana di Babel kita harapkan semakin menambah kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan," ucap Mikron. (X-15)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved