Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

TPID Surakarta Cari Penyebab Tingginya Harga Cabai

Ferdinand
21/8/2019 14:53
TPID Surakarta Cari Penyebab Tingginya Harga Cabai
Pedagang cabai di Pasar Legi, Surakarta mengatakan harga komoditas cabai saat ini cukup tinggi.(MI/Ferdinand)

TIM Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Surakarta, Jawa Tengah, menerjunkan personelnya guna mencari penyebab tingginya harga, Rabu (21/8). Tim  terdiri dari unsur Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Solo, Pemerintah Kota Surakarta, dan aparat keamanan itu diterjunkan di Pasar Legi, Pasar Nusukan, dan Pasar Gede.

Di Pasar Legi, tim dipimpin langsung oleh Sekretaris TPID yang juga Kepala KPwBI Solo, Bambang Pramono. Mereka menggali informasi dari pedagang eceran dan distributor besar.

Salah satunya Iwan Guruh Prasetyo, distributor cabai yang juga menjadi pemasok untuk industri sambal dan saus dalam kemasan. Iwan menuturkan, penyebab tingginya harga cabai saat ini dikarenakan pasokan yang berkurang dan mahalnya biaya transportasi.

"Cabai ini kami datangkan dari sejumlah daerah di Jawa Timur, karena pasokan dari daerah sekitar Solo tidak mencukupi," katanya.

Saat ini harga jual tertinggi masih dipegang cabai rawit merah, yakni dikisaran Rp70 ribu-Rp72 ribu/kg. Sementara harga termurah ada pada cabai merah besar, yakni Rp24 ribu/kg. Harga tersebut sudah turun jika dibandingkan pekan lalu mencapai Rp75 ribu/kg untuk rawit merah dan Rp40 ribu/kg untuk merah besar. Iwan menambahkan, kondisi seperti itu hampir bisa dipastikan selalu terjadi setiap tahun. Cabai merupakan salah satu komoditas yang stabilitas harganya sulit untuk dipertahankan.

"Sekarang ini tinggi, tapi nanti bisa saja tiba-tiba anjlok. Kami minta bukan hanya pada saat harga tinggi saja dilakukan survei seperti ini, tetapi juga pada saat harga murah," katanya.

Berdasarkan informasi dari para pedagang eceran dan distributor itu, Bambang Pramono mengatakan ada dua assessment yang bisa dilakukan. Yaitu, memperbanyak klaster dan petani cabai di wilayah Surakarta, serta penangangan pascapanen dan distribusinya. Dia optimistis kalau klaster dan petani bisa diperbanyak. Kebutuhan cabai untuk masyarakat Kota Surakarta bisa dipenuhi oleh produksi lokal. Utamanya untuk jenis cabai rawit merah yang sekarang ini masih didatangkan dari Kertosono, Jawa Timur.

baca juga: Apkasi Kerja Sama Dengan Bukalapak Genjot Ekonomi

Kemudian untuk penangangan pascapanen, yang menjadi fokus perhatian adalah bagaimana agar produksi yang melimpah itu bisa didistribusikan ke luar. Atau diolah dalam bentuk produk lain. Dengan demikian, harga diharapkan stabil sepanjang tahun dan petani tetap untung.

"Kami nanti akan mengajak Dinas Perdagangan dan juga perguruan tinggi untuk membicarakan ini," katanya. (OL-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya