Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Cegah Unggas Sakit dengan Biosekuriti 3 Zona

Indriyani Astuti/X-11
23/7/2019 08:15
Cegah Unggas Sakit dengan Biosekuriti 3 Zona
Pekerja melewati lorong yang berisi semprotan disinfektan di peternakan ayam Sekuntum di Desa Toto Projo, Kecamatan Probolinggo, Lampung Tim(MI/INDRIYANI ASTUTI)

KANDANG ayam milik Kusno Waluyo, 45, berbeda dengan kandang peternak petelur pada umumnya. Dari kejauhan tidak tercium bau menyengat. Sebelum masuk ke gerbang bangunan bertembok tinggi tersebut, pewarta bersama tim Organisasi Pangan Dunia (FAO) juga harus mengenakan baju khusus serta mengganti alas kaki. Tidak hanya itu, semua orang yang masuk, termasuk pegawai diharuskan melewati lorong berisi semprotan disinfektan.

"Untuk menghindari kuman atau bakteri lain masuk ke kandang dan membuat ayam-ayam jadi sakit," terang Waluyo di peternakan Sekuntum miliknya di Desa Toto Projo, Kecamatan Probolinggo, Lampung Timur, beberapa waktu lalu.

Peternakan miliknya telah menerapkan sistem biosekuriti 3 zona untuk mencegah supaya unggas-unggas tidak sakit.Biosekuriti 3 zona adalah sistem yang membagi peternakan dalam tiga wilayah, yaitu zona merah, kuning, dan hijau.

Zona merah adalah area di luar peternakan. Adapun zona kuning adalah perantara zona merah dan hijau. Dalam zona kuning, setiap orang yang akan masuk ke peternakan harus dipastikan bersih dan tidak membawa bakteri atau virus. Karena itu, disinfektan atau mandi dengan sabun, juga berganti baju serta alas kaki sebaiknya dilakukan sebelum masuk ke area kandang atau zona hijau.

Waluyo juga tidak lagi menggunakan antibiotik, tetapi mencampur pakan hewan dengan herbal yang mengandung probiotik demi menjaga kesehatan usus hewan dan daya tahan tubuh unggas.

Kini, peternakannya telah mendapatkan nomor kontrol veteriner, yakni sertifikat sebagai bukti tertulis yang sah tentang telah dipenuhinya persyaratan higiene sanitasi sebagai kelayakan dasar jaminan keamanan pangan asal hewan pada unit usaha pangan asal hewan.

"NKV menjadi salah satu instrumen dalam memastikan pangan asal hewan yang aman, sehat, utuh, halal asuh, termasuk bebas dari cemaran bahan kimia seperti antibiotik," ujar Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Lampung, Kusnardi, dalam workshop media bertema Tantangan baru dalam penanganan zoonosis, PIB, dan AMR di Indonesia, yang digelar di Lampung, beberapa waktu lalu.

Penggunaan antimikroba yang tidak sesuai aturan memang dapat menimbulkan percepatan resistensi antimikroba (AMR) pada manusia, hewan, dan lingkungan.

Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba, dr Hari Paraton, menyebut bahaya dari resistensi antimikroba ialah turunnya kemampuan antibiotik dalam mengobati infeksi dan penyakit pada manusia ataupun hewan. (Indriyani Astuti/X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya