Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Kebakaran Hutan, Perhutani Banyumas Tingkatkan Kesiagaan

Liliek Dharmawan
17/7/2019 16:00
Kebakaran Hutan, Perhutani Banyumas Tingkatkan Kesiagaan
Kebakaran hutan di Banyumas(ANTARA)

KEBAKARAN hutan mulai terjadi di wilayah kerja Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Barat, Jawa Tengah (Jateng) tepatnya di petak 73 di Desa Tayem Timur, Kecamatan Karangpucung, Cilacap. Kebakaran sempat melanda areal semak belukar dan hutan pinus seluas 3 hektare (ha).

Peristiwa itu terjadi Selasa (16/7) sore dan terjadi hingga petang hari. Pemadaman dilakukan oleh sekitar 20 personel Perhutani dibantu anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan masyarakat lainnya. Kejadian kebakaran berhasil dipadamkan pada petang hari.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap Tri Komara Sidhy mengatakan penyebab kebakaran belum dapat diketahui dan kerugian masih dihitung.

"Untuk kerugiannya, tentu Perhutani KPH Banyumas Barat yang dapat menghitungnya," jelas Tri Komara.

Sementara Perhutani KPH Banyumas Timur telah memetakan titik-titik wilayah hutan yang rawan kebakaran dan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kebakaran hutan. Selain itu, Perhutani juga sudah memasang papan larangan supaya tidak membuat api yang dapat memicu kebakaran hutan.

Baca juga: Kebakaran Hutan dan Lahan Meluas di NTT

Administrator KPH Banyumas Timur Didiet Widhy Hidayat mengatakan dari luasan hutan 46 ribu hektare (ha) lebih, ada sejumlah daerah yang rawan kebakaran hutan.

"Pemetaan telah kami lakukan dan hampir di setiap wilayah kabupaten di wilayah kerja KPH Banyumas Timur ada daerah rawan kebakaran. Baik di Banyumas, Purbalingga, Cilacap maupun Banjarnegara," ungkapnya.

Ia menyebutkan wilayah rawan kebakaran ada di Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Sidamulih, Kalirajut, Jatilawang, Mandirancan, Kebasen, Kaliputih, Pengadegan dan Batur.

"Di wilayah rawan tersebut, kami sudah memasang papan larang agar masyarakat tidak membuat api di sekitar hutan," tuturnya.

Di sisi lain, lanjut Didiet, pihaknya juga meminta kepada para pendaki Gunung Slamet untuk tidak membuat perapian yang dapat memicu kebakaran.

"Sebab, kalau membuat perapian di sekitar lingkungan yang kering sangat potensial terjadinya kebakaran. Karena itulah kami imbau agar tidak membuat perapian atau api unggun. Nanti akan dibuatkan aturan khusus soal itu," pungkasnya.(OL-5)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya