Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
TIGA kepala dinas kesehatan di Pulayu Flores, Nusa Tenggara Timur menandatangani komitmen untuk mencapai eliminasi malaria paling lambat pada 2023. Penandantangan dilakukan dalam Pertemuan Rapat Koordinasi Lintas Batas Program Malaria dan Persiapan Pra-Penilaian Eliminasi Malaria Sikka yang digelar di Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka, Rabu (19/6) hingga Kamis (20/6).
Tiga kepala dinas tersebut yakni Kepala Dinas Kesehatan Sikka, dr Maria Bernadina Sada Nenu, Kepala Dinas Kesehatan Ende, dr Muna Fatma, dan Kepala Dinas Kabupaten Flores Timur (Flotim) dr Agustinus Ogie Silimalar, serta Kepala Dinas Kesehatan NTT dr Dominikus Minggu.
Ada enam koimtmen yang disepakati dalam pertemuan itu yakni membuat regulasi dan menyiapkan sumber daya untuk mendukung tercapainya eliminasi malaria di Sikka, Flores Timur, dan Ende pada 2020-2023. Kemudian membuat aksi bersama untuk eliminasi malaria di tiga kabupaten tersebut yang meliputi enam kegiatan antara lain pemetaan daerah reseptif, peta migrasi penduduk lintas batas, peta kasus malaria menurut klasifikasi dan peta fokus penularan malaria sesuai waktu da tempat pada 2019.
Juga dilakukan pengembangan kapasitas tenaga kesehatan dan pelaporan malaria berbasis web menggunakan elektronik sistem informasi surveilans malaria (e-Sismal).
Komitmen berikutnya ialah melakukan pertemuan lintas batas berkala setiap enam bulan. Termasuk sharing informasi terhadap kasus yang diduga terjadi di daerah lintas batas, melakukan kegiatan pertemuan percepatan eliminasi malaria, dan membuat grup whatsapp untuk memudahkan koordinasi eliminasi malaria.
baca juga: Coric Melaju ke Perempat Final di Halle
"Komitmen dibuat setelah mendengar masukan dari narasumber di pertemuan tersebut, serta sejumlah latar belakang," kata Kabid Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan NTT, dr Theresia Sarlyn Ralo, Kamis (20/6)
Menurutnya program pengendalian dan pencegahan malaria di Indonesia bertujuan untuk mencapai eliminasi malaria pada tahun 2030. Di sisi lain, Pemerintah NTT telah menargetkan percepatan eliminasi malaria pada tahun 2023 yang telah ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor 11 Tahun 2017 tentang Eliminasi Malaria Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2023. (OL-3)
Obat malaria pertama yang diformulasikan khusus untuk bayi dan balita telah resmi disetujui untuk digunakan.
"Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menjadi vektor utama. Keberadaan dan penyebarannya yang meluas menjadikan arbovirus sebagai ancaman serius,”
Meskipun tantangan terbesar berada di kawasan Afrika, kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia tidak boleh lengah.
Presiden RI ke-6 itu juga menyoroti wilayah Papua yang masih menyumbang 93% dari beban malaria nasional, dan menekankan pentingnya komitmen lintas pemerintahan.
MALARIA menjadi tantangan kesehatan di Indonesia, terutama di wilayah endemis. Malaria berkembang dari gejala ringan menjadi kondisi yang sangat serius
Beberapa penyakit kuno seperti Rabies, Trakoma, Kusta, TBC, dan Malaria masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved