Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
DINAS Kesehatan (Dinkes) Nusa Tenggara Timur (NTT) mengumpulkan empat bupati dan dinas kesehatan di Pulau Sumba, dan Unicef untuk membahas pembentukan konsorsium eliminasi malaria, Jumat (24/5).
Acara dipusatkan di Tambolaka, ibu kota Sumba Barat Daya berlangsung hingga Minggu (26/5). Acara itu dihadiri Kasubdit Malaria, Kementerian Kesehatan dokter Nancy, dr Maria Endang dari Unicef NTT, Dr Claus Bough dari Sumba Foundation, dan Kepala Dinas Kesehatan NTT Dominggus Minggu Mere. Hadir juga camat, kepala desa, unsur PKK, poltekes, tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Empat kabupaten itu ialah Sumba yakni Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, dan Sumba Barat Daya. Saat ini empat kabupaten itu tercatat sebagai daerah merah atau daerah dengan kasus positif malaria terbanyak, dibandingkan kabupaten lain di NTT. Pembentukan konsorsium eliminasi malaria tersebut merupakan salah satu upaya Dinas Kesehatan NTT untuk mempercepat eliminasi malaria di Sumba.
"Semua kabupaten akan secara bersama-sama melakukan upaya-upaya pengendalian serentak dan terkolaborasi dengan semua pihak. Bahkan inovatif sesuai kondisi lokal masing-masing kabupaten," kata Kadis Kesehatan NTT, Dominggus Minggu Mere.
Ia berharap secepatnya membebaskan Pulau Sumba dari malaria. Menurutnya pengendalian malaria dilakukan secara bersama-sama karena malaria tidak mengenak batas administrasi. Penyebaran malaria lintas kabupaten, bahkan provinsi dan negara lantaran mobilitas penduduk.
"Tentunya upaya akan jadi sia-sia jika empat kabupaten tidak melakukan upaya yang sinergis untuk membebaskan malaria dari Sumba," imbuhnya.
baca juga: Penggunaan Merkuri di NTB Di Atas Ambang Batas Aman
Upaya penanggulangan malaria yang dimotori Dinas Kesehatan NTT tersebut sebagai bentuk keseriusan pemerintah dalam menangani malaria. Selain itu, Gubernur NTT telah mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor: 11 Tahun 2017 tentang eliminasi malaria di NTT pada 2023. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan NTT sampai akhir 2018, kasus positif malaria di Sumba masih tinggi, yakni 13.809 kasus. Terdiri dari 8.400 kasus di Sumba Barat Daya, 3.027 kasus di Sumba Barat, 1.811 kasus di Sumba Timur, dan 571 kasus di Sumba Tengah.Jumlah kasus positif malaria di Sumba mencapai 76% dari kasus positif malaria di NTT pada tahun yang sama berjumlah 18.053 kasus. (OL-3)
Obat malaria pertama yang diformulasikan khusus untuk bayi dan balita telah resmi disetujui untuk digunakan.
"Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menjadi vektor utama. Keberadaan dan penyebarannya yang meluas menjadikan arbovirus sebagai ancaman serius,”
Meskipun tantangan terbesar berada di kawasan Afrika, kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia tidak boleh lengah.
Presiden RI ke-6 itu juga menyoroti wilayah Papua yang masih menyumbang 93% dari beban malaria nasional, dan menekankan pentingnya komitmen lintas pemerintahan.
MALARIA menjadi tantangan kesehatan di Indonesia, terutama di wilayah endemis. Malaria berkembang dari gejala ringan menjadi kondisi yang sangat serius
Beberapa penyakit kuno seperti Rabies, Trakoma, Kusta, TBC, dan Malaria masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved