Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Banjir Pangkalpinang Akibat Bangunan di Atas Saluran dan Tambang

Rendy Ferdiansyah
03/3/2019 17:30
Banjir Pangkalpinang Akibat Bangunan di Atas Saluran dan Tambang
(ANTARA)

KEPALA Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Noviar Ishak mengatakan permasalahan banjir Babel yang terjadi Kamis (28/2) kemarin dikarenakan masih adanya aktivitas pertambangan dan banyaknya pembangunan di atas saluran.

"Kamis kemarin ada beberap titik banjir, seperti Kampung Bintang, Air Itam, Kolong Kepu, Kolong Bravo dan Parit Enam serta dekat SPBU Kampung Dul. Untuk Kampung Dul ini karena ada aktivitas penambangan di atasnya dekat kolong beguruh," kata Noviar, Minggu (3/3).

Sedangkan, banjir di Pangkalpinang, menurutnya, dikarenakan banyak yang membuat bangunan di atas saluran air.

"Di Pangkalpinang ini banyak yang membuat bangunan di atas saluran. Enggak ada ceritanya bangunan dibangunan di atas saluran, ini sangat menganggu aliran. Usaha kita perbaiki saluran di dekat SPBU," jelasnya.

Banjir yang terjadi di Kampung Dul berdampak juga ke kawasan Kolong Bravo mengarah ke Kolong Kepoh. Dari Kolong Kepoh terbagi menjadi dua aliran satu ke arah parit 6 dan satu ke arah bandara.

"Di Kolong Bravo masih banyak yang nambang, dari bravo ke arah bandara karena kiri kanan kolong, jalan itu memotong kolong. BLUD yang didekat bandara itu kan banyak orang nambang. Sebenarnya saluran di bandara cukup besar tapi hilirnya sempit," ujarnya.

Baca juga: Banjir Lumpur Sebabkan Jalan Raya Garut-Cikajang Terputus

Dari bandara air kembali meluap ke kawasan jalan pulau bangka yang terus mengalir hingga ke air itam. Noviar menyebut banyak dimensi saluran berubah karena terganggu pembangunan masyarakat baik permukiman maupun bangunan lain.

"Saluran berkurang, daerah tangkapan berkurang, penampang basah saluran juga berkurang," ucap Noviar.

Ia mengaku penampang saluran basah berkurang karena sedimentasi, pembangunan di atas saluran, hingga ada kotoran. Daerah resapan dibangun dan saluran air jadi tertimbun tanpa ada bak kontrol.

"Banyak saluran berubah fungsi karena sebagian orang enggak bijak terhadap lingkungan dan membangun juga enggak bijak. Akibatnya banyak orang rugi. Ini perlu pengawasan teman-teman kabupaten/kota, pengawasannya," sebutnya.

Menurut Noviar, idealnya setiap saluran memiliki jalan inspeksi, sehingga mempermudah pengawasan saluran air. Tetapi tak dipungkiri, berkembangnya penduduk merambah kawasan-kawasan resapan air.

"Kita sudah paparkan, kota silahkan bikin DED. Untuk pembangunan, provinsi bantu ini, kita bisa minta bantu ke pusat. Kami tidak bisa langsung menghilangkan banjir, tetapi bisa mengurangi banjir, menunda terjadinya banjir dan mempercepat penurunan air. Ini perlu peran semua pihak," tuturnya.

"Kita bisa melakukan perbaikan saluran, normalisasi, meninggikan badan jalan, drainase, tapi ini tidak cukup. Butuh kerja sama semua pihak," pungkasnya.(OL-5)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya