Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
SEKITAR pukul 19.00 WIB, lampu dalam bus dinyalakan. Penumpang pun terhenyak. Suara kondektur membangunkan kesadaran. “Kita istirahat dulu sebentar. Silakan yang mau turun,” katanya.
Para penumpang masih tidak percaya, mereka sudah sampai di tempat istirahat. Saya pun melihat keluar jendela. Benar, bus sudah sampai di Gerbang Elok, tempat biasa bus ini berhenti sebentar untuk istirahat, salat, dan makan malam.
“Padahal, biasanya sampai sini paling cepat jam setengah sembilan,” kata Bowo, penumpang yang duduk tepat di samping tempat duduk saya. Padahal, bus berangkat dari Terminal Jombor, Sleman agak terlambat dari biasanya.
Kami hari itu, Rabu (27/2), menaiki bus Ramayana kelas VIP. Bus berangkat pukul 15.45, atau mundur 45 menit dari jadwal seharusnya, pukul 14.30. Bagi saya sudah naik bus malam sejak 2008, waktu tempuh bus memang tidak seperti biasanya. Keluar dari Terminal Jombor, bus melaju dengan kecepatan sekitar 50-70 kilometer per jam.
Bus pun berhenti beberapa kali untuk menjemput penumpang di beberapa agen sepanjang jalan Magelang dan terminal-terminal, seperti Terminal Muntilan, Magelang, Secang, Ambarawa, dan Bawen.
Setelah istirahat tadi, sekitar pukul 00.20 bus sudah tiba di Cikarang. Laju bus mulai terasa tersendat di Cikarang akibat pembangunan LRT. Bus pun memilih keluar jalur tol dan masuk kembali lewat pintu tol lingkar luar Jakarta.
Bus sampai di Pondok Pinang sekitar pukul 02.10 WIB, lebih cepat sekitar dua jam dari biasanya. Waktu normal perjalanan dari Terminal Jombor ke Pondok Pinang ditempuh 13 jam, sedangkan hari itu tidak sampai 11 jam. Merasakan waktu tempuh yang lebih cepat daripada biasanya, Bowo pun bercerita pengalamannya naik bus malam.
“Saya sudah sejak 1997 naik bus malam ke Jakarta,” kata pria warga Ciputat ini. Saat itu, bus malam merupakan angkutan umum pilihannya. Namun, belakangan tergantikan oleh moda transportasi lain seperti kereta api.
Selain kemacetan yang sering terjadi, ada oknum-oknum yang membuat pelayanan bus terasa tidak nyaman, dari mulai calo hingga kondisi bus yang kurang laik. Namun, belakangan beda lagi. Bowo pun mengakui, keberadaan jalan tol yang sudah tersambung memberi nafas bagi bus malam.
Ia pernah merasakan betapa cepatnya menggunakan jalur darat, dari Jakarta-Yogyakarta sekitar 8 jam. Ia berangkat Subuh sampai yogyakarta pukul 14.00. Sekarang layanan bus pun semakin baik karena pemesanan tiket sudah bisa lewat aplikasi.
Wahid, Wakil Ketua Paguyuban Agen Bus Malam (Pabima) mengakui pembangunan jalan tol dan kemauan manajemen perusahaan bus untuk berbenah membuat moda transportasi ini yang sempat dilupakan kini mulai dilirik kembali.(Ardi Tersti Hardi/N-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved