Headline

Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.

Informasi BMKG Soal Gempa Solok Selatan Dinilai Kurang Valid

Yose Hendra
28/2/2019 19:27
Informasi BMKG Soal Gempa Solok Selatan Dinilai Kurang Valid
(ANTARA FOTO/Humas Solok Selatan)

INFORMASIi gempa bumi Solok Selatan, Sumatra Barat yang disampaikan Badan  Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) dinilai kurang valid.  Kesalahan pertama adalah informasi soal episentrum yang berbeda dengan peta yang dibeberkan.

Kesalahan lain menurut Koordinator Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumatra Barat Ade Edward, adalah soal pusat (segmen) patahan sebagai episentrum gempa.

Terkait soal lokasi gempa, berjarak 5 detik dari kejadian gempa berkekuatan 5.6 SR yang terjadi pukul 06.27, BMKG mengeluarkan informasi  bahwa gempa berpusat 38 km Timur Laut Pasaman (utara Sumatra Barat). Kedalamannya 10 km.

Kemudian dimutahirkan pada pukul 07.18 WIB, dengan menyebutkan gempa bumi tersebut mengguncang wilayah Solok Selatan, dengan pusat 36 km arah timur laut Kota Padang Aro, Kabupaten Solok Selatan. Kedalamannya sama-sama 10 km. Kekuatan gempa juga dimutakhirkan menjadi 5.3 SR.

Sebagaimana hal yang disampaikan Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono dalam rilisnya, gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Solok  Selatan ini, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, merupakan jenis gempa bumi tektonik kerak dangkal (shallow  crustal earthquake) yang terjadi akibat aktivitas Zona Sesar Sumatera  (Sumatera Fault Zone) tepatnya pada pertemuan segmen Suliti-Siulak (bagian patahan Sumatra).

Baca juga : Korban Luka-luka Gempa Solok Sudah Mencapai 48 Orang

"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan jenis sesar mendatar (Strike-Slip)," ujar Ade

Menurut Ade, episentrum gempa tersebut tidak masuk dari simpul patahan Sumatra.

"Dimana mungkin bertemu dengan lintasan segmen Siulak dengan Suliti.Pusat gempa di Sungai Kunyit jauh di luar zona Patahan Sumatra," terang mantan Koordinator Pusdalops PB BPBD Sumatra Barat ini.

Peta patahan Sumatra, katanya, sudah jelas, bisa dilihat di buku karangan K. Sieh dan D. Hilman Natawijaya dengan judul Neotectonic of Sumatran Fault, tahun 2000. Atau Peta Bahaya Gempa Bumi Provinsi Sumatera Barat, UNDP, SC-DRR, Pemprov. Sumatera Barat, PT Waindo Specterra, 2011.

"Sebaiknya BMKG mengeluarkan rilis kegempaan memiliki rujukan kajian ilmiah yang valid," tukasnya. (OL-8)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya