Kadar Garam Sungai di Kalimantan Selatan masih Tinggi
Denny Susanto
03/11/2015 00:00
(ANTARA/Kasriadi)
KADAR garam sungai-sungai di Kalimantan Selatan karena terintrusi air laut di musim kemarau masih tinggi. Kadar garam di Sungai Martapura dan Sungai Barito mencapai 8.800 mg/liter, jauh melampaui baku mutu maksimal hanya 250 mg/liter.
Direktur Utama PDAM Bandarmasih, Banjarmasin, Muslih, mengungkapkan hujan yang turun beberapa hari terakhir belum mampu menurunkan kadar garam di sungai, termasuk sumber air baku PDAM. Di Sungai Martapura dan Sungai Barito kadar garamnya masih mencapai 8.800 mg/liter atau 35 kali lipat dari batas baku mutu 250 mg/liter.
"Bahkan pada puncak kemarau beberapa waktu lalu, kadar garam di Sungai Barito pernah mencapai 15 ribu mg/liter atau sama dengan kadar garam air laut," paparnya di Banjarmasin, hari ini.
Akibat intrusi air laut ini, produksi air bersih PDAM Bandarmasih menurun hingga 50% dari kondisi normal, yang mencapai 2.000 liter/detik. Dampaknya, krisis air bersih dialami masyarakat Kota Banjarmasin dan sekitarnya yang selama ini mengandalkan pasokan air bersih dari PDAM Bandarmasih. PDAM Bandarmasih yang merupakan PDAM terbesar di Kalsel kini tidak dapat mengolah air bersih dari intakeair baku Sungai Bilu akibat tingginya kadar garam sejak tiga bulan terakhir.
Demikian juga dengan sumber air dari Sungai Lulut anak Sungai Martapura juga terintrusi air laut. Termasuk intake yang menjadi sumber air baku terbesar, yakni Sungai Tabuk juga mulai tercemar air laut. Konsidi saat ini merupakan yang terparah dialami PDAM Bandarmasih.
Masalah lain dihadapi PDAM Bandarmasih adalah keringnya irigasi Riam Kanan akibat kemarau. "Kondisi ini masih diperparah dengan seringnya pemadaman listrik sehingga produksi air bersih tidak maksimal," tambah Muslih.
PDAM terpaksa melakukan penyaluran air bergilir kepada pelanggannya, itupun dengan kondisi air masih berasa payau atau asin. "Walau tidak sesuai standar baku mutu air bersih, kami terpaksa tetap memproduksi air untuk keperluan masyarakat," lanjut Muslih.
Saat ini sebagian besar wilayah dari 13 kabupaten/kota di Kalsel mengalami krisis air bersih. Sumur dan sungai tidak dapat lagi dipergunakan untuk minum.
Air bersih yang dibeli dari pedagang air menggunakan mobil keliling maupun perahu motor diperuntukkan untuk keperluan memasak, minum dan mandi. Sedangkan untuk keperluan mencuci warga terpaksa tetap mengandalkan air sungai yang kadar garamnya hampir sama dengan air laut. (N-3)