Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

PVMBG Temukan Sesar Baru Pascagempa Lombok

Eriez M Rizal
13/8/2018 18:35
PVMBG Temukan Sesar Baru Pascagempa Lombok
(ANTARA)

BERDASARKAN hasil identifikasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, gempa di Lombok dipicu oleh pergerakan Sesar Naik Lombok Utara.

Kepala Badan Geologi PVMBG, Kasbani, menjelaskan, sesar naik Lombok Utara diperkirakan berasosiasi dengan sesar naik busur belakang Flores yang menjadi pemicu gempa bumi berkekuatan 7 magnitude (skala Richter/SR) pada 5 Agustus 2018 lalu.

Berdasarkan pengamatan di lapangan dan pemetaan memperlihatkan adanya deformasi (perubahan) di permukaan tanah atau sesar permukaan dan retakan tanah yang mengakibatkan kerusakan jalan dan bangunan.

"Sesar permukaan ini ditemukan di Desa Sambik Bengkol, Kecamatan Gangga, Dusun Beraringan, Desa Kayangan, Kecamatan Kayangan, dan Desa Selengan, Kecataman Kayangan. Retakan sesar permukaan yang ditemukan pada ketiga daerah tersebut secara umum berarah barat-timur," kata Kasbani di Kantor PVMBG, Bandung, Jawa Barat, Senin (13/8).

Dia juga mengatakan, gempa bumi yang mengguncang Lombok Utara mulai dari gempa 29 Juli berkuatan 6,4 magnitude, gempa 5 Agustus berkekuatan 7 magnitude, dan gempa 9 Agustus berkekuatan 6,2 magnitude mempunyai mekanisme yang sama dan diperkirakan dari zona sumber yang sama.

Dari beberapa hasil penelitian dia juga mengungkapkan, sumber gempa bumi penyebab gempa Lombok mempunyai potensi gempa bumi dengan kekuatan maksimum 7,4 magnitude. Namun, gempa berkekuatan maksimum tersebut kecil kemungkinan terjadi.

"Tapi jika berpegangan pada informasi tersebut, maka kejadian gempa bumi pada sumber yang sama dengan kekuatan lebih dari 7 magnitude mempunyai probabilitas atau kemungkinan yang kecil (karena kekuatannya sudah dilepaskan pada gempa sebelumnya)," ucap dia.

Meski begitu, dia tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan berhati-hati. Dia juga meminta masyarakat untuk tetap tenang dan mengikuti setiap arahan dari petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemda setempat.

"Jangan mudah terpancing juga oleh isu-isu yang tidak bertanggung jawab mengenai kejadian gempa dan tsunami," ujarnya.

Kasbani meminta masyarakat untuk tetap tenang dan waspada. Selain itu merekomendasikan agar bangunan yang terletak pada zona pegeseran tanah dan retakan tanah dalam dimensi besar dan panjang agar digeser sekitar 20 meter dari retakan utama. Terutama bangunan yang ada di Desa Sambik Bengkol, Kecamatan Gangga, Dusun Beraringan, Desa Kayangan, Kecamatan Kayangan, dan Desa Selengan, Kecamatan Kayangan.

"Bangunan yang terletak pada zona likuifaksi dapat dibangun kembali dengan menerapkan kaidah bangunan tahan gempa bumi. Sosialisasi,
simulasi, dan pelatihan penanggulangan bencana gempa dan tsunami di Kabupaten Lombok Utara dan Timur sebaiknya dilaksanakan secara reguler," ujarnya.

Kasbani juga menambahkan, agar Pemerintah Lombok Timur dan Barat memasukkan materi kebencanaan geologi ke dalam kurikulum pendidikan. Badan Geologi PVMBG merekomendasikan adanya revisi rencana tata ruang dan tata wiliayah (RTRW) di daerah Lombok Utara dan Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi, PVMBG, Sri Hidayati, mengungkapkan, wilayah Lombok termasuk dengan daerah rawan bencana gempa bumi kategori sedang sampai tinggi. Beberapa waktu terakhir saja Lombok khususnya Lombok Utara dan Timur diguncang tiga gempa dengan kekuatan cukup besar.

Gempa tersebut menimbulkan korban jiwa dan menyebabkan bangunan mengalami kerusakan cukup berat. Khususnya di beberapa wilayah di daerah Lombok Utara dan Lombok timur, seperti di Desa Sambik Bengkol, Kecamatan Gangga, Dusun Beraringan, Desa Kayangan, Kecamatan Kayangan, dan Desa Selengan, Kecataman Kayangan. Bahkan, kata dia, berdasarkan analisis yang dilakukan ditemukan sesar permukaan yang disebut sesar naik Lombok Utara. Sesar itu juga menjadi pemicu gempa bumi berkuatan 6,2 magnitude pada 9 Agustus lalu.
 
"Sesar itu di beberapa lokasi panjang hampir 370 meter di Sambik Bengkol dan semua area yang dilalui (sesar) itu roboh. Di desa itu kita juga temukan likuifaksi yang picu bangunan roboh. Pergeseran vertikal kita juga temukan dari yang 2 sentimeter sampai 50 cm," kata Sri.

Untuk itu, pihaknya merekomendasikan beberapa hal yang perlu dilakukan oleh semua pihak terutama pemerintah daerah kedepan. Salah satunya perlu ada revisi rencana tata ruang dan tata wilayah (RTRW) mengikuti peta kawasan rawan bencana geologi.

"Ke depan mengenai rehab rekon ini harus diperhatikan karena rekahan (akibat gempa) ini jika nanti dibangun kembali di (daerah) situ, kejadian gempa akan mengakibatkan kerusakan yang sama. Maka saya usulkan untuk revisi RTRW," ucapnya. (OL-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya