Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Menyaksikan Perjalanan sang Jenderal Besar dari Kemusuk

Agus Utantoro
01/8/2018 19:45
Menyaksikan Perjalanan sang Jenderal Besar dari Kemusuk
(ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

BERLOKASI di Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten  Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, berada di tempat kelahiran Soeharto,  yang kelak menjadi Presiden ke-2 Republik Indonesia, berbagai pernak-pernik yang terkait dengan perjalanan kehidupan Pak Harto ditata dan ditampilkan untuk publik.

Mengunjungi tempat itu memang menyenangkan. Pengelola tidak menarik tiket tanda masuk dan tempat parkir bagi pengunjung pun tersedia luas. Memasuki gerbang Memorial Jenderal Besar HM Soeharto, pengunjung 
disambut dengan patung badan utuh yang berdiri kukuh menggambarkan sosok  Jenderal Besar HM Soeharto mengenakan PDU (Pakaian Dinas Upacara) TNI  Angkatan Darat lengkap dengan sederet tanda kehormatan dan bintang jasa,  serta di tangan kanan memegang tongkat komando, serta tanda pangkat  Jenderal Besar bintang lima di pundak.

Masuk ke kompleks ini, pengunjung langsung berhadapan dengan bangunan  bercorak joglo yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan oleh  pengunjung. Sedangkan di sisi kiri bagian dalam terdapat patung Soeharto kecil  menunggang kerbau yang sedang digembalakan. Dan kemudian terlihat papan besar bergambar HM Soeharto sedang bersimpuh salat dan terdapat tiga  aksara Jawa yang terbaca Sa-Sa-Sa. Ketiga huruf itu, merupakan singkatan  dari Sabar, Sareh, Saleh yang menjadi pedoman Pak Harto.

Pengelola Memorial Jenderal Besar HM Soeharto, Bibit mengatakan  meski tidak terlalu ramai, tempat itu selalu ada yang berkunjung. "Tidak hanya kalangan pelajar dan mahasiswa tetapi juga militer dan  bahkan dari luar negeri juga ada," kata Bibit.

Pengunjung di tempat itu akan mendapatkan gambaran perjalanan hidup di  sebuah bangunan yang berada di sebelah barat joglo. Dari tempat itu, berurut dapat disaksikan awal perjalanan karier Soeharto  muda, mulai masuk pendidikan ketentaraan yang diawali sebagai anggota  KNIL (Koninklijke Nederlands Indische Leger) atau Pasukan Kerajaan  Hindia Belanda dengan pangkat Kopral. Yang karena lulus dengan predikat  terbaik kemudian dikirim untuk mengikuti Sekolah Kadet di Gombong. 

Lulus  dengan pangkat sersan, penugasan di Bandung hingga masuk ke Peta 
(Pembela Tanah Air) di bawah penjajahan Jepang. Di pasukan ini, Soeharto  mendapat jabatan sebagai Shodanco atau Komandan Peleton.

Perjalanannya  di dinas ketentaraan terus bergulir hingga Serangan  Oemoem 1 Maret hingga Komando Mandala Pembebasan Irian Barat (kini  Papua).

Di bagian lain, juga menyimpan sejarah perjalanan Pak Harto saat  menghadapi G 30 S/PKI dan Kesaktian Pancasila, hingga Soeharto yang  sudah berpangkat Mayor Jenderal dan menjabat sebagai Panglima Kostrad  dan kemudian diangkap sebagai Panglima Operasi Pemulihan.

Selesai di bagian ini dilanjutkan masuk ke rangkaian Pak Harto yang  memasuki dunia politik. Letnan Jenderal Soeharto diangkat menjadi  Menteri/Panglima Angkatan Darat dan mendapatkan Surat Perintah dari  Presiden Soekarno yang kemudian dikenal sebagai Super Semar.

Mulai babak baru, Pak Harto membubarkan PKI, diangkat sebagai Acting  Presiden hingga  Ketua Presidium Kabinet dan kemudian Presiden Republik  Indonesia.

Pak Harto sebagai presiden kemudian banyak berkiprah, mulai dari  pelaksanaan Pembangunan Lima Tahun atau Pelita, penghargaan di tingkat  internasional hingga berhenti, dan meninggal dunia.

Di kompleks Memorial Jenderal Besar HM Soeharto yang menempati lahan 
seluas 3.620 meter persegi, di atasnya berdiri pula bangunan joglo,  rumah eyang buyut HM Soeharto, rumah eyang HM Soeharto. 

"Dan sumur kuno  yang dahulu digunakan oleh keluarga Pak Harto serta petilasan rumah Pak  Harto," imbuh Bibit.

Untuk belajar, tersedia pula perpustakaan yang memiliki sejumlah koleksi  pustaka. "Lengkap dan memberi gambaran yang lebih utuh," kata Hartadi yang  kebetulan mengantar anaknya untuk program kunjungan museum. Menurut dia, perlu dipikirkan koleksi-koleksi video yang dapat 
disaksikan oleh pengunjung di sebuah teater tersendiri. (A-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Agus Triwibowo
Berita Lainnya