Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

KNKT Selidiki KM Sinar Bangun

Andhika Prasetyo
20/6/2018 07:51
KNKT Selidiki KM Sinar Bangun
Keluarga penumpang menangis saat menyaksikan proses pencarian penumpang KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba, Simalungun, Sumatra Utara, Selasa (19/6/2018)(ANTARA/Irsan Mulyadi)

MENTERI Perhu­bung­an Budi Karya Sumadi m­engirimkan tim gabung­an untuk menyelidiki kasus tenggelamnya kapal motor (KM) Sinar Bangun di perairan Danau Toba, Sumatra Utara.

“Saya menugasi tim gabungan meliputi Dirjen Perhubungan Darat, Ketua KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi), Ketua Basarnas, dan Direktur Utama PT Jasa Marga, berangkat ke Danau Toba,” kata Budi Karya di Jakarta, kemarin.

Menhub mengatakan pihaknya baru mendapat laporan awal yang menyebut penyebab utama tenggelamnya kapal ialah faktor alam atau cuaca buruk.

“Dari info yang kami peroleh, saat kapal tenggelam, ada puting beliung, angin keras, dan ombak besar. Itu membuat kapal tidak stabil dan penumpang panik,” ujar Budi.

Jika dari hasil laporan KNKT ditemukan unsur kelalaian dari pihak pemilik atau pengelola kapal, Menhub juga memastikan akan memberi sanksi tegas.

Menhub menyatakan kecelakaan itu akan menjadi evaluasi dan konsolidasi bagi pemerintah soal pengadaan kapal di Danau Toba. Alasannya Danau Toba menjadi salah satu dari 10 destinasi wisata andalan Indonesia.

Sementara itu, Kepala Ombudsman RI Perwakilan Sumatra Utara Abyadi Siregar meminta pemerintah untuk memperketat pengawasan terhadap kelaikan kapal di kawasan Danau Toba.

Menurut Abyadi, salah satu faktor utama penyebab tenggelamnya kapal ialah melimpahnya jumlah penumpang dan tidak adanya standar keamanan kapal. Contohnya tidak tersedianya pelampung dengan jumlah yang memadai.

Bupati Samosir Rapidin Simbolon mengatakan wewenang pengope­rasian kapal berbobot 40 gross tonnage (GT) seperti KM Sinar Bangun ada di tangan pemerintah provinsi, bukan pemerintah kabupaten. “Walau demikian, masalah korban jiwa atau bahaya bencana ini harus kita tangani semaksimal mungkin,” kata Rapidin.

Korban hilang
KM Sinar Bangun tenggelam di Danau Toba pada Senin (18/6) sore setelah berlayar selama 30 menit dari Pelabuhan Simanindo di Kabupaten Samosir menuju Pelabuhan Tigaras di Kabupaten Simalungun.

Tim gabungan Basarnas, TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan instansi lainnya hingga kemarin masih terus berusaha mencari korban. Sejauh ini tim baru menemukan 18 penumpang yang selamat dan 1 tewas.

Dari laporan masyarakat dan pihak keluarga korban yang me­ngadu, tim gabungan mencatat adanya warga yang kehilangan 128 anggota keluarga.

Namun, jumlah total penumpang KM Sinar Bangun masih belum jelas setelah awalnya dilaporkan sebanyak 80 orang.

“Kapal itu tidak memiliki manifes. Sampai saat ini jumlah data korban yang valid masih belum dapat dipastikan,” kata Kepala Seksi Lalu Lintas Danau Su­ngai dan Penyeberangan Perintis di Balai Pengelola Transportasi Darat Wilayah 2 Sumut, Rijaya, seperti dikutip Medcom.id, kemarin.

Pihaknya mencatat ada 94 penumpang masih hilang sesuai dengan data di Posko Kecelakaan Kapal di Pelabuhan Simanindo.

Sementara itu, keluarga korban kapal hingga kemarin masih memadati area Pelabuhan Tigaras.

Kecelakaan kapal motor di Danau Toba telah terjadi beberapa kali. Misalnya KMP Peldatari I yang membawa 70 penumpang tenggelam pada 1997. Kemudian empat orang dinyatakan hilang akibat tabrakan kapal pariwisata KM Yola dan feri Tao Toba I pada 2013. (JH/Ant/X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya