Headline

DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.

Pendidikan Karakter Solusi untuk Deradikalisasi

Bayu Anggoro
19/5/2018 20:50
Pendidikan Karakter Solusi untuk Deradikalisasi
(MI/Anggoro)

RENDAHNYA pemahaman tentang agama menjadi penyebab utama  munculnya terorisme di Tanah Air. Padahal jika dikaji dan dipahami  dengan baik, nilai-nilai keagamaan sangat bertentangan dengan paham yang  dianut sebagian kecil masyarakat tersebut.

Hal ini diungkapkan calon wakil gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum  menyikapi kembali munculnya aksi-aksi terorisme di Indonesia, belakangan ini. Uu merasa perihatin dengan bermunculannya kembali kasus tersebut.

Menurut Uu, hal ini menandakan adanya pemahaman agama yang keliru dari  para pelaku teror. "Semua agama, termasuk Islam, tidak ada yang  mengajarkan aksi-aksi teror," katanya, Sabtu (19/5).

Dia menyebut, fenomena ini terjadi karena pelaku tidak memahami agama  dengan baik. "Mereka tahunya sepotong-sepotong. Dari bodoh enggak  naik-naik, pinter ya enggak nyampai kalau sepotong-sepotong," paparnya.

Oleh karena itu, menurut Uu seluruh masyarakat harus diberi pendidikan  karakter yang baik, agar bisa menerima pemahaman tentang nilai-nilai  agama yang baik dan utuh. 

"Pendidikan karakter identik dengan akhlak.  Akhlak identik dengan keimanan dan ketakwaan. Jadi adanya radikalisme  dan terorisme ini, solusinya kuatkan pendidikan karakter yang  digembar-gemborkan Pak Jokowi," katanya.

Pemberian pendidikan karakter yang baik hanya bisa dilakukan dengan  memperbanyak pendidikan keagamaan khususnya kepada generasi muda. Uu  menilai selama ini siswa sekolah kurang mendapatkan pendidikan agama.

"Harus ada pendidikan keagamaan tambahan. Harus ada pendidikan agama di  luar sekolah. Bukan hanya muslim, tapi semuanya," kata dia.

Uu mengaku sudah menerapkan hal ini selama menjabat Bupati Tasikmalaya  sejak 2010 hingga saat ini. Berbagai program bisa direalisasikan seperti  ajengan/ustaz masuk sekolah mulai dari SD hingga SMA/SMK, wajib belajar  diniyah, dan maghrib mengaji.

Selain itu, lanjut dia, siswa muslim mengikuti program Pesantren Ramadan setiap bulan suci puasa. "Jadi anak-anak di bulan puasa ini tidak  sekolah. Pendidikan agama yang dimajukan melalui Pesantren Ramadan.  Bahkan mereka mondok di pesantren," katanya.

Agar semua hal ini bisa terwujud di setiap daerah, menurutnya semua  tingkatan pemerintah harus memiliki komitmen yang baik terutama dari  sisi penganggaran. "Pemerintah harus membiayai. Jangan hanya slogan  dalam visi misi atau debat kandidat," katanya. (A-5)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Agus Triwibowo
Berita Lainnya