Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
KEPOLISIAN Daerah Sumatra Selatan melakukan penggeledahan di salah satu rumah di Jalan Residen Abdul Rozak RT 02 RW 01 Kelurahan Kalidoni Palembang, Selasa (15/5). Rumah tersebut selama ini dihuni oleh Rahman Saleh, yang diduga merupakan bagian dari teroris di Palembang.
Dari penggeledahan itu, petugas membawa beberapa buku dan gas elpiji dari dalam rumah. Rumah yang juga sebagai tempat usaha penjualan tanaman hias itu sangat kumuh dan tidak terawat.
Taufik, 42, petugas keamanan perumahan yang tak jauh dari rumah Rahman Saleh mengaku, dirinya melihat ada banyak polisi yang datang sekitar pukul 14.00 WIB dan langsung menggeledah rumah itu. "Sehari-hari Bapak Rahman Saleh dikenal sebagai ustadz dan sering mengisi ceramah di komplek perumahan kami ini," ucapnya.
Ia menuturkan, tidak terlihat polisi membawa Rahman Saleh, karena Rahman Saleh sepertinya tidak ada di rumah saat penggeledahan. "Siang tadi ada Polisi datang, ada yang berseragam dan ada yang tidak. Tadi dari rumah saya lihat bawa seekor ayam dan elpiji," ucapnya.
Rahman diketahui mempunyai dua orang anak, perempuan dan laki-laki. Namun Taufik, tak mengetahui nama dari istri tetangganya tersebut. "Istrinya juga sering tinggal di sini. Mereka jual tanaman hias, sudah sekitar 10 tahun. Kadang menginap di sini, tapi sering pulang ke rumah mertuanya di kawasan Kenten," ujarnya.
Sedangkan Komeng, 40, penjual bunga hias disamping rumah Rahman Saleh sejak dua hari kemarin mengaku tidak pernah melihat Rahman Saleh. Padahal biasnya, lelaki itu selalu terlihat berada di rumah.
"Penampilan mereka biasa saja, tidak ada yang mencurigakan. Orangnya juga santun. Kalau tidak salah, istrinya tersebut orang Jawa Barat," ungkapnya.
Kapolda Sumatra Selatan Irjen Pol Zulkarnain Adinegara mengaku belum mendapat laporan terkait adanya penggeldahan tersebut. "Saya belum tahu nanti saya tanyakan dulu. Saya belum bisa memberikan keterangan secara jelas," ujarnya.
Terkait dengan ditangkapnya dua teroris di KM 5 Palembang, Senin malam (14/5), Zulkarnain menerangkan, pihaknya masih mengembangkan penyelidikan dari penangkapan terhadap dua terduga teroris yakni AA, 39, dan HK, 38.
Ia menjelaskan, sebelum berangkat menuju ke Jakarta kedua terduga teroris ini merupakan warga biasa atau bisa disebut sel yang mati. Namun, dengan adanya kerusuhan di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, maka kedua terduga ini menjadi sel aktif dan berencana ikut serta membebaskan narapidana teroris yang ditahan Mako Brimob Kelapa Dua.
"Mereka kemudian berkumpul menjadi tujuh orang dan kemudian didanai atau dimodali oleh salah satu pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Pekanbaru, Riau. Kami telah berkoordinasi dengan kepolisian di Riau untuk mengecek dan mencari fakta. Karena, keterangan yang diberikan oleh terduga teroris tersebut tidak bisa dijadikan fakta melainkan harus ada bukti," jelasnya.
Ia mengaku, memang sejauh ini penangkapan terduga teroris belum ada barang bukti yang diamankan. Namun, penangkapan ini dilakukan sebagai upaya pencegahan mengingat Kota Palembang akan menjadi tuan rumah Asian Games. "Kami tidak ingin kejadian di Surabaya terjadi di Sumsel terutama di Kota Palembang," tutupnya.
Bahkan Polda Sumsel juga akan memanggil dosen yang ingin ditemui dua terduga teroris yang ditangkap di Palembang itu. Hal ini untuk mengetahui bentuk komunikasi dan keterlibatan yang bersangkutan dengan kedua pelaku.
"Dari keterangan kedua pelaku, dosen tersebut adalah tenaga pengajar di salah satu perguruan tinggi di Palembang. Untuk membongkar kasus ini, kami akan segera memanggil dosen yang dimaksud. Sebab, belum diketahui hubungan kedua terduga teroris dengan yang bersangkutan," tandasnya. (A-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved