Headline
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
SUASANA perayaan Nyepi di Bali pada tahun ini berjalan aman dan lancar. Sejak awal, pelaksanaan pawai ogoh-ogoh pada malam pengerupukan atau malam sebelum Nyepi berlangsung aman dan lancar. “Tidak ada gangguan keamanan dan ketertiban. Petugas ikut terlibat langsung dalam pengamanan pawai ogoh-ogoh di seluruh desa di Bali,” kata Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol Hengky Widjaja di Denpasar, kemarin.
Ia berharap agar suasana hening dan saling menjaga kondusivitas masyarakat. “Hingga saat ini personel siaga di pos masing-masing. Alangkah baiknya masyarakat ikut menjaga lingkungan masing-masing,” imbau Hengky.
Pada kesempatan berbeda, Karo Humas Pemerintah Provinsi Bali, Dewa Gede Mahendra Putra, mengapresiasi Nyepi tahun ini berjalan lancar dan aman. “Padahal, tahun ini berbarengan dengan tahun politik. Biasanya tahun politik akan muncul suasana sedikit panas,” ujar Mahendra.
Kondisi ini mengindikasikan bahwa masyarakat Bali sudah sedikit lebih maju pemahamannya soal Nyepi dan bisa membedakan antara event politik dengan Nyepi. Selain itu, toleransi masyarakat Bali juga sudah menunjukkan tanda tanda kemajuan yang pesat, di tengah dinamika politik yang sedang terjadi saat ini.
Perayaan menyambut Nyepi juga dilaksanakan di Pura Pedaleman Giri Kendeng, Desa Kliting, Kecamatan Somagede, Banyumas, Jawa Tengah.
Pawai ogoh-ogoh dilaksanakan dengan keliling kampung dan melibatkan umat lintas iman. Mereka tergabung dalam Forum Persaudaraan Lintas Iman Banyumas (Formas).
Etalase keberagaman itu terlihat benar dari kontribusi komunitas lintas iman. Ogoh-ogoh yang terdiri atas Kala Srenggi dan Srenggi Sono, dua simbol sosok jahat berbaur di antara simbol-simbol budaya lain. Ada komunitas muslim memainkan kentungan, serta kelompok agama Buddha membawa replika stupa candi. Tak hanya itu, ada gunungan wayang yang dibawa oleh aliran kepercayaan, dan umat Konghucu membawakan seni barongsai.
Indri Wulandari, mahasiswa IAIN Purwokerto, mengaku tidak keberatan saat komunitas Hindu di Desa Kliting mengundangnya untuk mengisi pawai budaya itu. “Saya tidak keberatan, malah akan menjadi pengalaman tidak terlupakan bersama mereka yang berbeda agama,” kata Indri.
Ketua Cabang Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Purwokerto, Budi Setiono, mengungkapkan pawai ogoh-ogoh sebagai upaya merekatkan antaranak bangsa.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Banyumas, Minoto Dharmo, membenarkan keterlibatan komunitas lintas agama dalam pawai untuk memperkuat persatuan dalam keberagaman. (OL/LD/N-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved