Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
MESKI sebagian lahan di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, beralih fungsi menjadi pabrik semen, aktivitas pertanian tetap berjalan baik. Indikasinya, selain masa tanam bertambah, penggunaan pupuk petani meningkat.
Ada 10 kelompok tani di Tegaldowo. “Serapan pupuk meningkat menjadi 864 ton selama 2017, dari sebelumnya 695 ton selama 2016,” ungkap pengecer pupuk bersubsidi UD Mutiara, Triningsih, Selasa (20/2). Ketua Kelompok Tani Sumber Mulyo Tegaldowo Eko Purwanto mengakui bertambahnya serapan pupuk terjadi karena masa tanam di wilayahnya bertambah dari dua kali setahun menjadi tiga kali setahun. “Hasil panen kami juga meningkat tajam,” ungkap ketua kelompok tani, Eko Purwanto.
Pertengahan Februari, para petani di wilayah ini mulai memanen jagung. Sebagian lahan lain sudah ditanami padi. “Keberadaan pabrik semen justru menguntungkan kami. Sambil menunggu panen, kami bisa mendapat tambahan penghasilan dari aktivitas pabrik,” tambah Ketua Gapoktan Makmur, Gunawan. Di sisi lain, lumbung padi Jawa Tengah, Kabupaten Klaten, mulai mewaspadai berjangkitnya hama wereng batang cokelat. Organisme pengganggu tanaman itu mulai muncul di lahan yang berada di daerah perbatasan.
Koordinator Pengamat Hama dan Penyakit, Dinas Pertanian Ketahan-an Pangan dan Perikanan Klaten, Sunarno, mengatakan kemunculan hama wereng perlu diwaspadai dan diantisipasi agar tidak meluas. “Saat ini tanaman padi yang terserang masih terbatas di daerah perbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, yaitu di Kecamatan Wonosari. Luas serangan sekitar 1 hektare.” Kewaspadaan juga perlu dila-kukan petani di luar Kecamatan Wonosari, seperti Polanharjo, Juwi-ring, Ngawen, dan Karanganom. Total tanaman padi yang berpotensi diserang sekitar 128 hektare.
Upaya pengendalian hama wereng di Klaten, menurut Sunarno, telah dilakukan petani secara serentak, terutama di lahan padi yang terancam. Untuk pengendalian, petani di-bantu obat pestisida. Di Bangka Belitung, pemerintah provinsi telah menetapkan Kabupaten Bangka Selatan sebagai sentra beras. Hanya, sampai saat ini daerah itu masih terkendala oleh minimnya irigasi teknis. “Dari total 4.000 hektare sa-wah, hanya 2.200 hektare yang aktif. Namun, hampir semua persawahan di daerah ini bermasalah dengan irigasi sehingga hasil produksi padi belum maksimal,” aku Bupati Bangka Selatan Justiar Nor.
Tidak banyaknya irigasi membuat persawahan di wilayah itu selalu mengalami gagal panen saat kemarau dan penghujan ekstrem. “Irigasi tidak baik, bendungan tidak ada, dan petani hanya bergantung pada embung yang luasnya tidak maksimal,” lanjut Justiar.
Ia menambahkan, pembangunan saluran irigasi permanen membutuhkan anggaran yang mencapai Rp1 triliun. Untuk itu, pemkab terus meminta pemerintah pusat dan provinsi untuk dapat membantu membangun saluran irigasi permanen.
“Jika saluran irigasi kita bagus, saya optimistis Barito Selatan akan swasembada beras,” tandas Justiar. (HT/JS/RF/N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved