Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Pelatihan Cegah Konflik Orang Utan Jadi Prioritas

Syahrul Karim
18/2/2018 14:59
Pelatihan Cegah Konflik Orang Utan Jadi Prioritas
(KLIK GAMBAR UNTUK MEMPERBESAR)

KONFLIK antara manusia dan orang utan seharusnya bisa diminimalisasi. Namun, selama ini masih ada berbagai kendala di lapangan, yang menyebabkan konflik tidak bisa dihindari. Hal itu dialami orang utan yang tewas diberondong 130 peluru baru-baru ini di Kalimantan Timur.

Peneliti orang utan dari Universitas Mulawarman, Yaya Riyadi, mengatakan ada lima kendala yang menyebabkan pelestarian primata banyak mengalami hambatan. Salah satunya konflik antara hewan primata itu dan manusia.

"Menyangkut kebijakan, kapasitas, sumber daya manusia, pembukaan kawasan habitat, perburuan, dan terakhir kebakaran hutan. Namun, sudah ada langkah maju dilakukan perusahaan sawit dalam melindungi satwa itu dengan dibentuk satgas," kata Yaya, kemarin.

Satgas bertugas memantau satwa yang dilindungi, terutama orang utan. "Konflik orang utan dengan manusia umumnya terjadi di perkebunan masyarakat," tambahnya.

Pembukaan habitat orang utan juga menjadi masalah yang patut jadi perhatian. Pembukaan lahan secara masif membuat primata besar ini bisa ditemukan di lokasi-lokasi yang sejatinya bukan habitat mereka.

Ramadhani, Manager Program Perlindungan Habitat dari Centre for Orangutan Protection, menegaskan pentingnya membentuk tim reaksi cepat yang terdiri atas dokter hewan dan berbagai unsur untuk mengatasi konflik orang utan dan manusia. "Tim ini juga bertugas melakukan sosialisasi kepada masyarakat," sarannya.

Hal sama juga dikatakan oleh Humas Borneo Orangutan Survival Foundation Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah, Monterado Fridman. Menurutnya, pelatihan pencegahan konflik cukup penting. Menurutnya, orang utan liar bila bertemu manusia, merasa terancam. Biasanya orang utan akan memberi sejumlah tanda seperti menggoyangkan batang pohon, mematahkan ranting, dan kemudian melemparkannya kepada manusia, termasuk mengeluarkan bunyi-bunyian. "Kalau sudah begini, manusia sebaiknya menghindar, mundur, atau diam di tempat. Itu mencegah konflik," kata Monterado.

Lima tersangka
Pada bagian lain Polres Kutai Timur, Kalimantan Timur, akhirnya menangkap lima orang yang menembakkan 130 peluru ke tubuh orang utan di Desa Teluk Pandan, Kutai Timur.

"Kita amankan lima orang yang diduga telah melakukan tindak pidana melukai satwa yang dilindungi," kata Kapolres Kutai Timur, AKB Teddy Ristiawan, saat konferensi pers dengan para wartawan, kemarin.

Kelima orang tersebut ialah Muis bin Cebun, 36, Andi bin Hambali, 37, anak di bawah umur berusia 13 tahun, Rustan bin H Nasir, 37, dan H Nasir bin Saka, 54. Tiga dari lima pelaku merupakan satu keluarga, yakni Nasir, Andi, dan anak di bawah umur.

"Kelimanya ditangkap pada Kamis (15/2) sekitar pukul 15.00 Wita di Desa Teluk Pandan, Kutai Timur. Ada tiga tersangka masih satu keluarga. Khusus anak di bawah umur, tidak ditahan, tetapi proses lanjut," ujarnya

Teddy mengatakan motif para tersangka menembak orang utan karena mengganggu kebun nanas mereka. Lokasi kebun nanas itu berada di areal konsensi Tanam Nasional Kutai Timur. (SS/N-3)

[email protected]



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya