Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
RATUSAN warga dan LSM Lingkungan Hidup berunjuk rasa di PT South Pacific Viscose (SPV) di Desa Cicadas, Kecamatan Babakan Cikao, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, karena diduga limbah pabriknya mencemari Sungai Citarum, Selasa (23/1). Dalam unjuk rasa itu, massa membawa spanduk bertuliskan Save Citarum. Mereka meminta perusahaan penghasil serat rayon ini untuk tidak menutup mata atas pencemaran lingkungan yang ditimbulkannya. “Sungai Citarum ini dimanfaatkan oleh hampir sebagian besar masyarakat Jabar dan bahkan Jakarta. Baik untuk air baku minum, perairan pertanian, PLTA ,dan lain-lain. Jika di lapangan ternyata ada pencemaran, masa dibiarkan,” kata kordinator aksi Yayan Gandimulyadi, Selasa (23/1).
Warga meminta pihak pabrik segera mengevaluasi sistem pengelolaan limbah pabrik karena berdampak langsung pada masyarakat. Masih terkait dengan Sungai Citarum, Polda Jawa Barat bersama TNI meningkatkan patroli di sekitar Sungai Citarum, dan akan menindak setiap industri yang mencemari sungai tersebut. Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Jawa Barat, Kombes Samudi, berjanji pihaknya tidak akan tebang pilih dalam menindak pelaku pencemaran sungai. Menurutnya, penyegelan terhadap tiga perusahaan penatu hanya langkah awal untuk menberikan efek jera. “Apalagi kami diberi kewena-ngan untuk menindak langsung industri yang terbukti membuang limbah kotor di Sungai Citarum,” tegasnya.
Untuk memperbaiki Sungai Citarum, lanjut Samudi, dibutuhkan komitmen yang sama untuk semua pihak. Pada bagian lain, Tim Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK) mengumpulkan sejumlah sampel kasus dumping karung berisi limbah, yang terkontaminasi bahan berbahaya dan beracun (B3) di Desa Citaman, Kabupaten Karawang. Tim yang terdiri dari PPNS Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 serta Dirjen Penegakan Hukum KLHK terpantau sedang mengumpulkan sampe untuk diuji di laboratorium.
Kapolres Karawang, AKB Hendy Febrianto Kurniawan, mengatakan dari hasil pemeriksaan sementara, tumpukan karung diduga bahan kimia coustic soda dan poly aluminium chlolid (PAC). “PAC ini sifatnya asam dan coustic soda sifatnya basa. Sejumlah warga yang kemarin ikut bongkar muat mengalami luka di sekujur tubuh karena sifat panas coustic soda,” terang Hendy. (RZ/BY/CS/N-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved