Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

249 DAS di Babel belum Bernama dan Rusak

Rendy Ferdiansyah
18/12/2017 13:20
249 DAS di Babel belum Bernama dan Rusak
(ANTARA/FB ANGGORO)

KEPALA Balai Pengelola (BPDAS) Baturusa Cerucuk, Taufik Aulia, menyebutkan dari 433 daerah aliran sungai (DAS) di Provinsi Bangka Belitung (Babel), 249 di antaranya belum bernama.

Dia mengatakan, DAS yang belum bernama itu merupakan DAS yang kecil-kecil yang memang ketika dari awal belum bernama.

"Untuk penamaan, kami sudah sampaikan undangan ke budayawan untuk memberi masukan. Kenapa tak ada nama, karena kita provinsi kepulauan, pulau-pulau kecil masuk dalam satu DAS, mudah-mudahan nanti dibuat nama," kata Taufik.

Ia menyebutkan, dari DAS yang ada ini, yang menjadi prioritas pengelolaan sebanyak 159 DAS, dan di klasifikasi kedua ada 274 DAS.

Sementara itu Ketua Forum DAS Babel Fadillah Sabri mengatakan, Fordas akan memberikan masukan kepada instansi terkait untuk pembuatan Peraturan Gubernur (Pergub) terkait pengelolaan DAS. Pergub tersebut merupakan turunan Perda DAS yang sudah disahkan setahun silam.

"Mestinya Pergub sudah ada, tetapi ini belum, makanya kami dari Fordas membantu memfasilitasi dan memberikan masukan kepada instansi terkait untuk menyusun Pergub," terang Fadillah.

Ia menyebutkan, ada lima hal yang nantinya akan direkomendasikan dalam Pergub, di antaranya adalah penamaan DAS, kriteria kerusakan, penanganan kerusakan, pemberdayaan masyarakat dan mitigasi bencana.

"DAS ada yang belum punya nama, namanya sesuai nama sungai dan minta masukan budayawan, DAS yang sudah ada nama saja belum banyak, makanya masih banyak sub-DAS yang belum bernama," ujarnya

Disinggung kerusakan DAS, Fadillah mengatakan dari 2006-2011 terjadi peningkatan kerusakan setiap tahun 2%.

"Apalagi saat ini, DAS semakin kritis, secara kasat mata juga sudah bisa dilihat, dan data kajian 2013-2015 DAS Pebabri juga mengalami kerusakan yang menyumbang sedimen alur sungai Jelitik," bebernya.

Sedimentasi sungai ini, menurutnya bukan karena erosi alami melainkan akselerasi yang dipercepat, akibat kerusakan hujan, aktivitas di hutan sehingga sedimentasi cepat masuk dan turun ke sungai.

"Sungai semakin mendangkal, seperti di Perimping kayu besi, Selindung sudah mulai merambah, laut dan pantai juga mulai keruh, ini menunjukkan bahwa ada sedimentasinya luar biasa," jelasnya. (X-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ahmad Punto
Berita Lainnya