Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Relawan Terus Dekati Warga Agar Bersedia Mengungsi

Arnoldus Dhae
29/11/2017 09:47
Relawan Terus Dekati Warga Agar Bersedia Mengungsi
(AP/FIRDIA LISNAWATI)

RELAWAN Pesemetonan Jagabaya (Pasebaya) Gunung Agung saat ini terus berada di tengah warga untuk melakukan berbagai pendekatan agar masyarakat selalu kooperatif dan mendengarkan arahan petugas terkait.

Kepala BPBD Bali Dewa Indera menjelaskan, anggota Pasebaya berasal dari 28 desa di lereng Gunung Agung yang masuk dalam kawasan rawan bencana.

"Mereka umumnya sudah dilatih tentang ilmu tanggap darurat bencana, bagaimana evakuasi, melakukan pertolongan dan sebagainya. Saat ini mereka bertangungjawab terhadap sekitar 160 ribu warganya dari 28 desa di Lereng Gunung Agung," ujarnya di Denpasar, Rabu (29/11). Selama ini pelatihan dan simulasi sudah sering dilakukan oleh anggota Pasebaya dengan pelatih dan instruktur yang sangat berkompeten di bidangnya.

Sementara Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, status Gunung Agung di Provinsi Bali telah dinaikkan ke level IV sejak dua hari yang lalu (27/11), tepatnya pukul 06.00 WITA. Masyarakat pun segera diinformasikan untuk mengungsi dari zona berbahaya sesuai rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Informasi dengan cepat diberikan oleh radio komunitas yang baru saja terbentuk, yaitu Pasebaya. "Setelah erupsi pada tanggal tersebut, Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Gunung Agung secara aktif melalui radio komunikasi atau handytalky (HT) saling memberikan informasi kondisi yang ada di setiap desa," ujarnya.

Pasebaya yang diketuai oleh I Gede Pawana ini tidak hanya beranggotakan para perbekel tetapi para relawan lain yang memiliki radio komunikasi di 28 desa. Saat ini, Pasebaya masih menumpang di frekuensi Orari dan akan segera beralih ke frekuensi yang khusus.

Meskipun pemilik radio komunikasi terbatas, namun para perbekel berupaya berbagi informasi kepada para warga. Biasanya mereka berkumpul di banjar pada sore hari untuk mendengarkan informasi dari wilayah lain. "Sebelumnya ada komunitas-komunitas radio, namun selama ini parsial. Setelah kita difasilitasi oleh Orari, dan setelah terbentuk perkumpulan Pasebaya, kita difasilitasi oleh Orari, diberikan fasilitas, jadi masyarakat masuknya satu pintu," ujar Pawana.

Menurut Pawana menambahkan melalui jejaring Pasebaya ini, informasi mengenai Gunung Agung lebih akurat dan terkini. Informasi mengenai situasi di wilayah administrasi tingkat desa akan dicek terlebih dahulu sebelum disebarkan melalui radio.

Di samping jejaring melalui radio komunikasi, Pasebaya juga menggunakan jalur komunikasi dengan aplikasi Whatsapp. Semangat pertama dibentuknya Pasebaya adalah mengedukasi warga mengenai potensi bahaya erupsi Gunung Agung. Namun demikian, tuntutan warga terhadap Pasebaya semakin tinggi, seperti permintaan bantuan.(OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya