Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
LETUSAN freatik yang terjadi di Gunung Agung, Bali, Selasa (22/11) sore tersebut tidak berimbas pada aktivitas Gunung Merapi di DIY.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta I Gusti Made Agung Nandaka menjelaskan, status Gunung Merapi tetap pada level I atau normal. Menurut Made, sistem vulkanis gunung api berbeda-beda.
"Dalam proses menuju letusan aktivitasnya tidak sama bahkan dalam satu gunungapi pun proses letusan bisa berbeda dari letusan 1 ke yang lainnya," kata dia.
Ia kemudian mencontohkan pada proses menuju letusan Merapi. Proses letusan pada 2010 berbeda dengan proses letusan pada 2006.
Ia menyebut, morfologi gunung Merapi dan aktivitas kegempaan masih normal. Gunung Merapi masih aktif dengan asap putih teramati pada 15 November lalu dengan ketinggian sampai 100 meter. Tekanan gas juga lemah.
Aktivitas kegempaannya dalam seminggu terakhir tercatat 4 kali gempa vulkanik dalam (VTA) dengan kedalaman antara 2.198 sampai 3.917 meter dari puncak, 28 kali gempa guguran (RF), dan 12 kali gempa tektonik (TT).
Hujan yang turun di puncak Merapi tertinggi sampai 37 mm/jam selama 75 menit sehingga tidak ada penambahan debit air yang berlebih di sungai-sungai yang berhulu di Merapi.
Walau demikian, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Merapi merekomendasikan pendakian hanya sampai di pos Pasarbubar. Namun, pendakikan diperkenankan lebih tinggi apabila untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan upaya mitigasi bencana. Ia pun mengingatkan para pendaki agar selalu berhati-hati.
"Kondisi morfologi puncak Merapi saat ini rawan terjadi longsor," pungkas dia. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved