Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Titik Panas Terus Bertambah

Surya Sriyanti [email protected]
25/10/2017 03:00
Titik Panas Terus Bertambah
(Antara)

TITIK panas kembali bermunculan di sejumlah kabupaten di Kalimantan Tengah. Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Palangkaraya, titik panas mulai bermunculan sejak Minggu (22/10) hingga kemarin. Titik-titik panas ini menyebabkan kebakaran hutan dan lahan. Prakiraan BMKG Palangkaraya, Liani menjelaskan, daerah yang berpotensi kebakaran hutan dan lahan ialah bagian timur, tengah, dan barat Kalteng yang meliputi Kota Palangkaraya, Kabupaten Barito Utara, Barito Timur, Kapuas, Pulang Pisau, Katingan, Kotawaringin Timur, Seruyan, Kotawaringin Barat, dan Lamandau.

“Menurut perkiraan BMKG, tiga hari ke depan potensi hujan mulai berkurang dari sebelumnya sehingga membuat lahan kembali kering dan berpotensi untuk terbakar,” tambahnya. Sudah dua minggu ini Kota Palangkaraya tidak diguyur hujan sehingga berpotensi munculnya titik api. Titik panas juga muncul di Aceh. BMKG Aceh menyebutkan dari hasil pantauan satelit, terdeteksi ada 60 titik panas. “Padahal hari sebelumnya hanya 16 titik, sekarang ada 60 titik panas,” kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Kelas I Blang Bintang, Zakaria. Puluhan titik panas itu tersebar di sejumlah kabupaten/kota, antara lain di Aceh Barat, Aceh Tengah, Nagan Raya, Bireuen, dan Aceh Singkil.

Monitor gambut
Untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan gambut, pemerintah telah memasang 21 alat Morpalaga (monitoring real time tinggi permukaan air lahan gambut) di Sumatra dan Kalimantan. Badan Restorasi Gambut akan menambah menjadi 25 unit dan dipasang di Sumatra dan Kalimantan. Kepala Badan Restorasi Gambut, Nazir Foead menyampaikan hal itu saat menjadi pembicara kunci seminar nasional bertema arah kebijakan dan inovasi pengelolaan lahan gambut yang diselenggarakan Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Wilayah, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Jakarta, Selasa (24/10).

“Tahun ini akan ditambah menjadi 25 unit Morpagala. Tahun depan pemerintah akan membeli 200 unit Morpalaga yang akan dipasang di titik-titik rawan kebakaran gambut,” kata Nazir Foead. Pembelian alat pemantau permukaan air lahan gambut ini ditandai dengan adanya penandatanganan Memory of Understanding antara BPPT dengan BRG, untuk kerja sama pengadaan alat Morpalaga.

Pemerintah fokus pada tujuh wilayah yang rawan terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut. Tujuh wilayah itu ialah Jambi, Sumatra Selatan, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kali­mantan Tengah, dan Papua. Direktur Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Wilayah BPPT, Yudi Anantasena, menambahkan Morpalaga ini cara mudah untuk memonitor kondisi air di lahan gambut. “Dengan monitoring lahan gambut selama 24 jam, akan tahu kondisi terkini terjadinya kebakaran hutan. Bila ditemukan gambut mulai kritis, maka akan ada laporan dari Marpolaga ini sebagai upaya sistem peringatan dini,” kata Yudi. (Ant/N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya