Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
TUJUH tahun setelah ditemukan, penelusuran gua peninggalan Jepang di Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, baru bisa sedalam 60 meter. Meski belum terlalu dalam, gua dengan lebar 2,5 meter dan tinggi sekitar 4 meter itu, kini telah menjadi tempat masyarakat untuk berlibur. "Saat ini kami masih membenahi dengan memberi deretan lampu serta rambu larangan. Baru sampai kedalaman 60 meter saja dan pengunjung dari masyarakat umum bisa menikmatinya," kata General Manager (GM) Inna Tretes I Made Sumarta, Senin (28/8). Gua itu diperkirakan dibangun pada 1943 oleh warga Indonesia yang dijadikan romusha pada masa penjajahan Jepang di Indonesia. Diduga, gua itu dipersiapkan menjadi tempat persembunyian tentara Jepang saat menghadapi sekutu.
Gua itu kemudian tertutup hingga ditemukan kembali dan lokasinya berada di kawasan Hotel Inna Tretes, tepatnya di bawah lobi dan restoran hotel peninggalan Belanda itu.
Gua tersebut diperkirakan mengular hingga ke lokasi wisata air terjun Kakek Bodo, Pasuruan, yang berjarak lebih dari 1 kilometer dari Hotel Inna. "Tim Museum Trowulan menyatakan gua ini unik karena memiliki tiga cabang. Cerita masyarakat sekitar, panjangnya mencapai 1,5 kilometer dan ujungnya berada di air terjun Kakek Bodo serta lokasi lain di lambung Gunung Welirang. Namun, yang bisa dijangkau hanya 60 meter, karena untuk menelusurinya khawatir kekurangan oksigen," ujar Humas Hotel Inna Tretes Edy Suharyono. Waktu pertama kali dibuka, gua itu dipenuhi kelelawar dan kayu penyangga. Lalu, manajemen Hotel Inna Tretes berkeinginan menjadikan gua tersebut sebagai salah satu destinasi wisata di Pasuruan.
Manajemen Hotel Inna Tretes juga menjadikan gua itu sebagai ikon hotel yang berdiri sejak 1922 itu. Untuk mengukuhkannya, hotel di bawah bendera BUMN Hotel Indonesia itu membangun Litle Kyoto di sisi belakang hotel. Bupati Pasuruan M Irsyad Yusuf juga meminta pihak manajemen hotel untuk mengelola gua itu sebagai destinasi wisata baru. "Saya mendukung penuh dan berharap agar gua jepang itu dikelola menjadi tujuan wisata baru di Kabupaten Pasuruan serta bisa dibuka untuk umum. Apalagi tim dari Museum Trowulan telah menilai karakteristik gua itu cukup unik dan layak dijadikan cagar budaya," kata Irsyad.
Menurut Irsyad, sebagai cagar budaya, keberadaan gua tersebut bisa dijadikan wisata edukasi tentang sejarah bangsa. Terutama untuk menunjukkan mengenai kekejaman penjajahan sehingga harus dihapuskan dari muka bumi. Salah seorang wisatawan asal Kota Mojokerto, Jatim, M Irfan sempat bertemu dengan Media Indonesia di gua itu. "Saya tertarik dengan keberadaan gua ini karena bentuknya yang artistik. tampak dari langit-langit gua yang banyak tonjolan batu padahal tidak ada penyangga sama sekali," ujar dia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved