Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Beragam Bujuk Rayuan Agar Tiur Mau Berobat Gratis

(Januari Hutabarat/N-1)
15/8/2017 02:01
Beragam Bujuk Rayuan Agar Tiur Mau Berobat Gratis
(Irama Hutabarat, Bidan Desa Lobu Harambir, Kecamatan Purbatua, mendatangi rumah Tiur boru Hutabarat (60) warga Desa Lobu Harambir Kecamatan Purbatua Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatra Utara, penderita kanker mulut. Mi/Januari)

SUDAH sembilan tahun Tiur Boru Hutabarat, 60, harus berjuang sendiri untuk memperjuangkan nasib diri dan tiga anak-anaknya. Sebab, sejak 2008, sang suami, Puddin Panggabean meninggal dunia akibat menderita sakit. Sejak saat itu, Tiur hidup sebagai petani. Sejak 2012, Tiur jatuh sakit hingga tidak dapat berjalan. Untuk berpindah tempat, warga Desa Lobu Harambir, Kecamatan Purbatua, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatra Utara, itu harus mengesot.

Cobaan hidup Tiur belum terhenti. Sejak 2014, muncul luka di bibir Tiur. Karena dianggap tidak berbahaya dan ketidakmampuan ekonomi, Tiur bersama anaknya mengobati luka itu dengan daun-daunan atau obat-obatan di warung. Bidan desa itu, Irama Hutabarat mengisahkan, luka itu kemudian berkembang hingga menutupi hampir seluruh mulut dan diperkirakan merupakan kanker mulut. Sayangnya, Tiur tidak mau berobat ke dokter.

"Ketika sanak saudara atau tenaga medis mengajak berobat, dia mengusir mereka," kata Irama yang bertugas di desa itu sejak 2016. Irama mengaku sudah berulang kali berupaya mendekati yang tidak membuahkan hasil. "Sedikitnya 5 kali dalam setiap minggu, saya selalu menjenguk. Setiap kali menjenguk, ajakan berobat ke dokter dengan gratis tetap saya tawarkan, namun hingga saat ini tak kunjung berhasil," ujar dia. Tiur sebenarnya memiliki tiga anak.

Irama mengisahkan, satu-satunya anak perempuan Tiur sudah menikah, hanya saja dilarang sang suami menemui ibunya. Adapun anak bungsunya, bekerja di luar kota. Akan tetapi, sejak 2016, lanjut Irama, kabar sang anak dan kiriman uangnya terhenti. Anak sulungnya, lanjut Irama, kerap mengantar makan ke Tiur. Namun, dia tidak menjawab telepon dari Media Indonesia. Saat Media Indonesia mengunjungi rumahnya, Tiur berada di dalam rumah.

Dengan mengesot, Tiur mengambil palang kayu dan menutup pintu. Kepala Puskesmas Purbatua Tiurma Sinaga mengaku telah membujuk Tiur. Selain itu, beragam bujukan juga diberikan. Termasuk tawaran jalan-jalan, pakaian, dan uang. "Semakin banyak tawaran, semakin keras juga perlawanannya," ujar dia. Kepala Dinas Kesehatan Tapanuli Utara Janri Nababan bahkan ditolak saat memasuki pekarangan rumah Tiur. "Begitu melihat wajah baru, dia langsung menutup pintu rumah serta melontarkan kalimat kasar," kata Janri.

Padahal, menurut Janri, Tiur sudah tidak perlu memusingkan biaya pengobatan. Di samping Tiur sudah mengantongi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), lanjut Janri, Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan juga sudah menjamin biaya pengobatan. "Kita mengharapkan bantuan keluarga agar membujuk Tiur menerima tawaran berobat dengan gratis," kata Janri.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya