SEJUMLAH warga di beberapa desa Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, merasakan bau belerang dari Kawah Gunung Tangkuban Parahu. Bau yang tidak biasa ini sudah dirasakan warga sejak tiga hari terakhir.
Bau belerang ini bahkan tercium hingga ke kawasan selatan Lembang yang radiusnya mencapai sekitar 15 kilometer dari pusat Kawah Gunung Tangkuban Parahu.
Ai Rika, 37, warga Desa Gudang Kahuripan, Kecamatan Lembang, mengaku terkejut munculnya bau tidak sedap seperti belerang yang diduga dari Gunung Tangkuban Parahu. Bukan hanya dirinya, tapi teman serta orangtuanya juga sempat merasakan bau yang sama.
"Pagi tadi sebelum bekerja, saya mencium bau belerang, teman dan ibu saya yang baru pulang dari pasar juga merasakan bau yang sama, " ungkap Rika, Rabu (5/7).
Hal yang sama juga dirasakan Oom Komariah, 37. Jarak antara Kawah Tangkuban Parahu ke rumah Oom bahkan cukup jauh.
"Kalau tidak salah terciumnya sejak tiga hari lalu, baunya seperti telur busuk," kata warga Kampung Sindangwangi, Desa Mekarwangi, Kecamatan Lembang ini.
Dimintai konfirmasi terpisah, Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hendra Gunawan, menyatakan, aktivitas Gunung Tangkuban Parahu masih di ambang normal. Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan data sulfur dioksida (SO2) dan hidrogen sulfida (H2S), aktivitas gunung berapi setinggi 2.084 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu masih berada pada level I atau normal.
"SO2 Gunung Tangkuban Parahu masih di bawah 20 ppm (part per million). H2S juga masih dibawah 10 ppm," ucapnya.
Data terakhir hasil pengamatan yang dilakukan pada Senin (3/7) lalu itu dianggap masih di bawah ambang batas normal. Berbeda jika data SO2 itu sudah lebih dari 50 ppm yang dikategorikan sudah di ambang bahaya.
"Kalau H2S juga sudah di atas 100 ppm, maka levelnya sudah berbahaya," bebernya.
Dia menilai, sangat wajar jika warga yang tinggal sekitar gunung api aktif mencium belerang seperti bau telur busuk karena mungkin saja terbawa angin.
"Jika H2S sudah di atas 100 ppm, masyarakat yang mencium bau belerang akan merasakan pusing kepala dan mata terasa pedih," terangnya.
Hendra mengatakan, aktivitas kegempaan Gunung Tangkuban Parahu pernah meningkat sekitar Maret-April lalu, tetapi tidak sampai membahayakan masyarakat.
"Tiga bulan lalu pernah terjadi gempa embusan, ada peningkatan aktivitas air tanah dan gas di bawah kawah, tapi nggak berbahaya," lanjutnya.
Meski sering tercium bau belerang, Hendra menyatakan, masyarakat tidak perlu khawatir karena timnya akan terus memonitoring setiap perkembangan dan kondisi Tangkuban Parahu.
"Kami berterima kasih kepada masyarakat yang sudah aktif dan peduli, dengan begitu berarti kita harus intensif lagi mengecek Tangkuban Parahu. Kami sarankan, meski statusnya normal, masyarakat jangan mendekati sumber asap. Ikuti juga arahan pihak pengelola dan BPBD daerah setempat," jelasnya. (OL-2)