Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

'Tong Ngin Fan Ngin Jit Jong' Kukuhkan Kebersamaan di Babel

Rendy Ferdiansyah
05/6/2017 20:43
'Tong Ngin Fan Ngin Jit Jong' Kukuhkan Kebersamaan di Babel
(Ilustrasi--Thinkstock)

ISTILAH, Tong Ngin Fan Ngin Jit Jong (Cina, Melayu sama saja), tidak asing bagi masyarakat di Provinsi Bangka Belitung. Frasa itu menjadi gambaran tegaknya Pancasila dan kebersamaan di daerah tersebut.

Tong Ngin Fan Ngin Jit Jong, pertama kali dipopulerkan Gubernur Provinsi Bangka Belitung periode 2002-2007, Hudarni Rani, yang kini menjadi anggota DPR RI.

Istilah lokal itu terus tumbuh dan berkembang sehingga tidak ada pengotak-ngotakan antara etnis Tionghoa dan Melayu. Mereka bersatu, hidup rukun dalam perbedaan seperti yang terkandung dalam sila kesatu Pancasila.

Demikian disampaikan, Ketua KNPI Provinsi Bangka Belitung Bambang Pati Jaya belum lama ini. Di Babel, kata Bambang, 70% penduduknya Melayu dan 30% masyarakat etnis Tionghoa.

"Istilah Cina, Melayu sama saja atau Tong Ngin Fan Ngin Jit Jong, luar biasa, ini merupakan cermit eratnya kebersamaan kendati beda agama suku dan ras," kata Bambang.

Ia pun mengajak seluruh lapisan masyarakat menjaga semangat itu sehingga permasalahan intolerasi dan persekusi yang merebak di Indonesia saat ini tidak terjadi di Babel.

"Sekarang ini kondisi di Babel, landai-landai saja, tapi kita harus tetap waspada munculnya gesekan dari bawah," tuturnya.

Bambang menambahkan, ada satu lagi istilah kearifan lokal yang harus di hindari sebab akan menumbuhkan benih-benih intolerasi yaitu, "Makan Boleh Sembarangan, Tapi kalau bicara jangan sembarangan.

"Makan kalau sembarang kita yang tangggung sakit perutnya, tapi kalau ngomong sembarang jadi bumerang untuk diri kita sendiri," beber dia.

Di tempat terpisah, Gubernur Provinsi Bangka Belitung. Erzaldi mengatakan untuk mencegah segala bentuk persekusi harus mengedepankan solidaritas, harmonisasi dan kebinekaan.

"Kan sudah jelas agama apapun tidak ada yang mengajarkan kekerasan dan sebagainya, apalagi Islam, Islam itu kan agama damai, cinta dan kasih sayang, saling menghormati,"kata Erzaldi. (X-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ahmad Punto
Berita Lainnya