PENURUNAN harga bahan bakar minyak (BBM) tidak berdampak pada tarif angkutan umum. Para pemilik angkutan umum tidak akan menurunkan tarif mengikuti turunnya harga BBM. Pasalnya, harga kebutuhan pokok dan suku cadang mobil angkot masih mahal.
"Kita tidak putuskan untuk menurunkan tarif angkot walau harga BBM turun," ujar Montgomeri Munthe, Ketua Organda Medan, Sumatra Utara, kemarin.
Sejumlah sopir angkot jurusan Pinangbari-Amplas menyatakan hal senada. Menurut mereka tarif angkutan turun apabila harga kebutuhan pangan ikut turun.
Di Makassar, Sulawesi Selatan, pengusaha otobus masih menghitung kerugian apabila tarif angkutan turun. Sejumlah sopir angkot atau petepete meminta tidak ada penurunan tarif angkutan. Alasannya, penurunan tarif tidak sebanding dengan kenaikan harga BBM yang lalu. "Naiknya selalu banyak, turunnya sedikit. Jadi tidak perlu ada perubahan tarif," tegas Andi.
Sama halnya di Kota Yogyakarta, Cimahi, Cirebon, Tarutung, Kupang, Manado, dan Purwakarta, pengelola angkutan umum belum menurunkan tarif. Bahkan, para sopir keberatan dengan kebijakan apabila BBM turun, tarif angkutan umum juga turun.
Ketua DPC Organda Kota Cimahi, Jawa Barat, Dida Suprida mengungkapkan pihaknya sudah mengadakan rapat internal yang dihadiri seluruh pengurus. "Keputusannya tarif angkutan di daerah tidak akan diturunkan sekalipun pemerintah sudah menurunkan harga BBM," ujar Dida.
Alasannya, saat pemerintah menaikkan harga BBM beberapa waktu lalu hingga Rp2.000 per liter. Sekarang pemerintah menurunkan harga BBM hanya Rp350 per liter.
Namun, banyak warga menilai tarif yang dipatok Organda cukup tinggi. Lisna, warga Kelurahan Indramayu mengungkapkan tarif angkot saat ini dinilai cukup mahal. "Setiap hari saya naik tiga kali angkutan menghabiskan Rp12 ribu," ujarnya.
Merugi Turunnya harga BBM menyebabkan sejumlah SPBU di Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung merugi.
Pasalnya, sejak pemerintah mengumumkan penurunan harga BBM justru pasokan dari Pertamina terlambat masuk.
Akibatnya, SPBU setempat menjual BBM stok lama yang dibeli dengan harga dan dijual menggunakan harga baru. "Kita terpaksa jual stok lama dengan harga baru. Ya mau tidak mau kita jual rugi," kata Yanto, kuasa SPBU Jl Sungai Selan.
Sebaliknya, di tengah penolakan para sopir terhadap tarif angkutan umum, nelayan di Cirebon, Jawa Barat, menyambut gembira dengan turunnya harga solar.
Para nelayan di Indramayu menyambut gembira penurunan harga BBM. "Pasti kita senang," kata Sahroni, nelayan asal Desa Karangsong, Kecamatan/Kabupaten Indramayu.
Menurutnya selama ini biaya pembelian solar merupakan modal terbesar nelayan untuk melaut. Dengan turunnya harga solar, biaya melaut diharapkan bisa berkurang.
Dia memaparkan biaya pembelian solar untuk melaut selama 40 hari mencapai Rp100 juta. Dengan menurunnya harga solar, anggaran untuk solar turun menjadi Rp80 juta. "Lumayan bisa menghemat Rp20 juta." (Tim/N-4)