Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Sumarsono Sebut Kereta MRT Mirip Jangkrik

Yanurisa Ananta
18/1/2017 09:20
Sumarsono Sebut Kereta MRT Mirip Jangkrik
(ANTARA/RENO ESNIR)

KETUA Komisi A DPRD DKI Jakarta Riano P Ahmad mempertanyakan sikap Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Sumarsono yang berniat mengganti desain kereta moda raya terpadu (MRT).

Menurutnya, jika tak berhubungan dengan masalah keselamatan penumpang, apalagi hanya menyangkut persoalan selera estetika, desain MRT sebaiknya tidak usah diubah.

“Sebenarnya tidak mungkin plt menyampaikan sesuatu tanpa catatan lebih dulu. Akan tetapi, atas dasar apa dia mau mengubah desain itu?” tanya Riano saat dihubungi Selasa (17/1).

“Jadi kalau hanya karena bentuknya mirip jangkrik tidur, itu bukan alasan yang kuat. Itu tidak relevan kecuali alasannya membahayakan keselamatan,” tegasnya.

Senin (16/1) lalu, Sumarsono mengaku tidak sreg dengan desain kereta rel listrik (rolling stock) MRT. Ia menyebut desain kereta buatan perusahaan bonafide asal Jepang, Sumitomo Corporation, itu mirip jangkrik yang lagi tidur.

“Itu muka kepala keretanya kayak jangkrik. Kita ingin lebih bagus dengan desain aerodinamis,” kata Sumarsono di Balai Kota, saat itu. Ia mengaku bukan hanya dirinya yang kurang sreg dengan tampilan kereta MRT tersebut. “Teman-teman juga banyak yang komentar, kok bentuknya kurang bagus, ya,” ujar Sumarsono.

Karena itu, dalam waktu dekat, pihaknya dan PT Mass Rapid Transit (MRT) akan memanggil dua perusahaan produsen kereta, yakni Nippon Sharyo dan Sumitomo, untuk membahas perihal itu.

Niatan Sumarsono itu mendapat dukungan dari Sekretaris Komisi A DPRD DKI Jakarta Syarif. Ia menyatakan sudah menjadi tugas Plt Gubernur untuk menindaklanjuti aspirasi masyarakat.

“Plt akan salah justru ketika tidak menyampaikan aspirasi publik. Di sisi lain, Sumarsono juga harus bisa menerima jika pembuat desain tidak bisa mengakomodasi kemauannya itu,” tandasnya.


Ukur risiko

Saat dihubungi di kesempatan berbeda, Direktur Utama PT MRT William P Sabandar menjelaskan per ubahan desain bisa saja dilakukan selama tidak melanggar ketentuan dalam kontrak yang telah di teken pihaknya pada Maret 2015 dengan konsorsium kontraktor.

Ia menjelaskan, jika perubahan desain menimbulkan risiko penambahan waktu atau harganya menjadi mahal, perubahan desain tidak mungkin dilakukan.

“Itu namanya perubahan signifikan, akan menimbulkan risiko. Kalau hanya perubahan desain minor, seperti perubahan warna cat atau pemindahan logo, itu hanya butuh waktu 1-2 hari,” terangnya.

Namun, jika perubahan desainnya dilakukan bersifat signifikan, sambungnya, hal itu akan memakan waktu empat bulan. “Pembuatnya harus benar-benar melakukan perubahan struktur, membutuhkan modelling, dan ada hitung-hitungannya dengan mempertimbangkan keamanan dan aksesibilitas,” kata William.

Ia mengingatkan waktu yang dimiliki PT MRT dan Pemprov DKI Jakarta sangat sempit untuk melakukan perubahan.

Hal itu disebabkan kereta yang dibuat berdasarkan pesanan itu akan mulai dikerjakan pada 1 Februari nanti.

Dengan demikian, pihaknya hanya punya waktu hingga 31 Januari nanti jika akan ada perubahan desain.

“Ada dua hal yang tidak bisa kami toleransi, yaitu aspek teknis dan aspek operasi. Segala kemungkinan terbuka hingga 31 Januari, tapi hanya untuk perubahan minor,” ujarnya. (J-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya