Headline

Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.

Calon Pelaut itu Kandas oleh Seniornya

12/1/2017 08:14
Calon Pelaut itu Kandas oleh Seniornya
(MI/IMMANUEL ANTONIUS)

TAK biasanya Amarullah Adityas Putra, 18, memandangi foto saudara kembarnya, Amirullah Adityas Putra, Selasa (10/1) malam. Ada rasa kebanggaan saudara kembarnya memakai seragam Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP).

“Itu cita-cita dia (Amirullah) sejak kecil. Dia mau jadi pelaut,” kata Amarullah di rumahnya, Jalan Warakas 3, Tanjung Priok, Jakarta Utara, kemarin
Namun, Rabu (11/1) dini hari sekitar pukul 03.00 WIB kabar buruk datang. Ia mendengar kabar Amirullah tewas dianiaya lima seniornya di STIP Marunda Jakarta Utara.

Terlahir dari keluarga mayoritas pelaut, siswa STIP Marunda tingkat satu itu memang berencana mengikuti jejak anggota kelaurga lainnya seperti Kakek serta dua pamannya.

Begitu pun dengan saudara kembarnya, Amarullah, yang menempuh sekolah di Akademi Martim Indonesia (AMI) Pulomas Jakarta Timur. “Kami memang ingin menjadi pelaut,” kata Amarullah dengan mata sembab.

Kecurigaan tentang adanya tindak kekerasan yang dialami saudara kembarnya itu pernah dirasakan sebelumnya. Pada Desember lalu, Amarullah sempat melihat luka lebam di perut saudaranya itu.

“Jawaban dia cuma satu, kalau mau jadi pemain drum band andal ya harus seperti ini,” ujarnya.

Korban memang dianiaya seusai latihan drum band bersama lima taruna tingkat satu lainnya. Alasan pelaku penganiayaan itu seperti ritual serah terima alat drum band kepada para junior.

“Itu seperti budaya serah terima alat tam-tam drum band ke para junior. Harusnya tidak pakai kekerasan, itu yang kami sesalkan,” kata Kapolres Jakarta Utara, Kombes M Awal Chairuddin.

Para pelaku Sisko Mataheru, 19, Willy Hasiholan, 20, Iswanto, 21, Akbar Ramadhan, 19, dan Jakario, 19, kini sudah ditetapkan sebagai tersangka. Mereka terancam Pasal 170 jo 351 ayat 1 tentang Penganiyaan yang Menyebabkan Kematian.

Para pelaku menganiaya Amirullah bersama lima rekannya itu di gedung Dormitory 4 kamar DM-205 lantai 2. Di sebuah ruang berukuran 10x4 meter itu keenamnya dianiaya.

Nahas, Amirullah tewas dengan luka di bibir bagian bawah, organ dalam bagian dada rusak, serta terdapat bintik darah dan resapan darah pada paru-paru, jantung, dan kelenjar liur perut.

“Kami mengakui kecolongan,” kata Weku Federik, Ketua STIP Marunda yang sudah dinonaktifkan akibat insiden tersebut.

Meski sudah memasang close circuit television (CCTV) di setiap lorong gedung dan patroli rutin, kejadian pengaiayaan tetap terulang.

“Terakhir kasus 2008. Itu yang terjadi di dalam STIP. Kalau kasus 2014 Itu di luar STIP,” kata Weku yang beru menjabat 2 bulan jadi Ketua STIP. (Akmal Fauzi/J-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya