Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Keren! Ada Ruang Seni Publik Portabel Pertama di Indonesia dengan Tema "Dentuman Alam"

Iko Amraeny
19/8/2025 22:55
Keren! Ada Ruang Seni Publik Portabel Pertama di Indonesia dengan Tema
pameran seni LQID Creative Space di Jakarta(MI/Iko)

PAMERAN seni biasanya terdapat di tempat khusus dan tertutup dari ruang publik, namun kini hadir inovasi yang berbeda dan unik bagi di kalangan seniman.

Ruang seni publik portabel bernama LQID Creative Space menjadi yang pertama di Indonesia dan resmi hadir di kawasan Sudirman 7.8, Jakarta Pusat.

Dengan mengusung konsep "The First Portable Urban Art Gallery in Indonesia”, LQID dirancang sebagai third place yang memadukan seni, musik, desain, dan interaksi sosial, sekaligus mengaktifkan ruang publik kota.

Dengan ukuran ruang dalam minimalis 3x3 meter, struktur bangunan yang bisa dibongkar pasang dan dapat dipindah dengan mudah menjadi salah satu keunikan yang dibangun LQID Creative Space. 

LQID Creative Space dalam pameran seni perdananya menghadirkan karya yang bertema "Dentuman Alam", yang mempunyai judul asli yaitu Organic Ryhtm. Berkolaborasi dengan seniman lintas negara: Popomangun (Indonesia) dan Low Moromi (Jepang) yang mempunyai gaya seni berbeda satu sama lain. 

Gie Sanjaya selaku kurator seni mengatakan bentuk awan yang dibuat oleh Low Moromi dan di Indonesia ialah batik yang polanya digunakan oleh Popomangun ternyata cocok membangun sebuah seni yang saling berkaitan. 

LQID Creative Space berpusat di Tokyo, Jepang yang dipimpin oleh Takuma Kobayashi dengan keahlian di bidang seni dan baru membuka cabang pertamanya di Indonesia. LQID Creative Space di Indonesia kini berkolaborasi dengan PT Senyum Indonesia. Konsepnya pun terinspirasi dari ruang seni publik di jepang. 

"Di jepang sudah biasa marketing berupa art, exhibition, nah kita ingin membawa konsep tersebut ke Indonesia supaya kita bisa lebih banyak melihat art di ruang publik," kata Wilbert Deil selaku CEO PT Cinta Senyum Indonesia, pemimpin LQID Indonesia dan Senyum Museum. 

LQID Creative Space mempunyai misi untuk mewadahi para seniman urban ataupun baru. Dilihat dari lingkungan Jakarta yang cukup kreatif dan banyak sekali grafiti maupun lukisan yang terpampang di berbagai tembok jalan. 

Menurut Edgar Witakrama Honggo sebagai CBO atau Creative Director PT Cinta Senyum Indonesia, para seniman grafiti ataupun urban itu kesannya sedikit negatif karena mereka membuat seni secara diam-diam, maka dengan adanya LQID Creative Space menjadi salah satu wadah mereka agar dapat fasilitasnya yang setara dengan seniman profesional ataupun seniman galeri. 

Kolaborasi pertama dengan seniman lintas negara

LQID membuka ruang seni publik dengan menyatukan dua seniman yang berasal dari Indonesia dan Jepang. 

Low Moromi seniman asal Jepang menerapkan konsep yang terinspirasi dari Yu-un lanskap mental yang meminjam bentuk awan sebagai simbol waktu, ruang, dan rasa.

Estetika Jepang yang ia hadirkan bukan tentang jamuan visual, tetapi juga tentang psikis spiritual menemukan keindahan dalam ketidaksempurnaan dan kekuatan dalam keheningan. 

"Kalau dilihat dari karya seni dia modelnya kayak awan keliatannya organik ya kan bergerak dan memang hidup itu harus seperti itu," kata Edgar. 

"Itu adalah sebuah konsep sangat cocok di zaman sekarang. Banyak orang yang punya kayak mental health issue, jadi relevan aja gitu," lanjutnya. 

Low Moromi memang sudah lama menekuni seni di Jepang dan memang pertama kalinya ia berkolaborasi dengan seniman Indonesia. 

Selanjutnya, Popomangun seorang seniman yang mulai menggambar sejak 2007 saat ia masih di bangku SMA sampai sekarang. Berkuliah dengan jurusan yang berbeda tidak menghambat ia untuk melanjutkan karyanya menjadi seorang seniman. 

Popomangun mempunyai konsep seni yang menghadirkan energi mentah tropis dengan mitos, simbol, dan geometri sakral Nusantara. Fragmen tenun, ukiran, hingga guratan menyerupai bahasa purba muncul bukan sebagai ornamen, tetapi sebagai mantra visual yang lahir dari tubuh, ritual, dan pengalaman.

Menurut Popomangun, dalam menentukan inspirasi berangkat dari bagaimana menunjukkan karakteristik masing-masing antara ia dan juga Low Moromi. 

"Saya terinspirasi dari memphis design dan Moromi dengan sejenis stylenya yang sering kita lihat awan-awan yang sering muncul di culture Jepang," kata Popomangun. 

Selain itu, bentuk geometris dan grid yang sering muncul di beberapa karyanya ialah hasil inspirasi dari lantai tegel rumahnya. Guratan yang ada di bangku dan furniture di rumahnya menjadi salah satu inspirasi popomangun dalam membuat karyanya.

Lalu, pola-pola batik yang banyak dimunculkan merupakan hasil combine dari perpaduan budaya keluarganya yang berasal dari Jawa-Semarang dan Bandung. 

Paduan Seni Dengan Proses Yang Menarik

Mungkin kita bertanya-tanya bagaimana cara dua seniman lintas negara memadukan karya mereka menjadi beberapa canvas. 

Popomangun menjelaskan kalau proses penggabungan karya antara ia dan Low Moromi dengan mengirimkan karyanya terlebih dahulu dan dikirim ke Jepang dengan dibantu mengkomunikasikannya dengan Edgar yang juga menjadi interpreter (penerjemah) seniman Low Moromi.

"Saya buat dulu di Jakarta, gambarnya udah jadi setengah lalu dikirim oleh edgar ke Jepang untuk dilanjutkan," kata Popomangun. 

Periode pameran dan jam buka pameran

Periode pameran LQID Creative Space mulai dari 17 Agustus - 5 Oktober 2025 masih dengan tema "Dentuman Alam". Jam buka pameran dimulai pukul 11.00 WIB - 19.00 WIB. Dan akan menjadi Creative Space permanen di Sudirman 7.8 kedepannya dengan menunjukkan berbagai kegiatan seperti workshop, konser, pameran seni, dan creative event lainnya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Reynaldi
Berita Lainnya