Headline

Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.

Bajaj bakal Mengaspal di Kota Bekasi

Gana Buana
23/11/2016 09:46
Bajaj bakal Mengaspal di Kota Bekasi
(MI/Galih Pradipta)

PEMERINTAH Kota Bekasi, Jawa Barat, meng-adopsi bajaj sebagai angkutan lingkungan di sana. Uji coba tengah dilaksanakan, mulai digratiskan sejak 18 hingga 28 Oktober lalu dan kini mulai berbayar. Tarifnya terbilang fair karena bisa saling tawar antara pengemudi dan calon penumpang. Sekitar 20 bajaj berbahan bakar gas kini mengaspal di seputaran perumahan di Kota Bekasi.

Saat uji coba bajaj tak berbayar alias gratis, antusiasme warga menggunakannya cukup tinggi. Maklum masih gratis. Kini setelah berbayar, seperti disampaikan Udi Abdilah, 45, salah satu sopir bajaj yang mangkal di Perumahan Jaya, Kelurahan Bekasi Jaya, Kecamatan Bekasi Timur, permintaan bajaj terbilang normal.

“Saat masih gratis sehari bisa saya antar 6-8 penumpang ke tempat berbeda. Namanya juga gratis, ya. Sekarang maksimal lima penumpang, masih lumayanlah karena sudah bayar,” ungkap Udi, akhir pekan lalu.

Menurut Udi, minat warga pada moda transportasi bajaj karena promo gratis dari pemerintah setempat. Adapun saat ini warga wajib membayar ongkos jasa sesuai kesepakatan bersama.

Sebetulnya kisaran tarif yang ditawarkan pada calon penumpang, menurut Udi, sangat wajar. Patokannya berkisar Rp15 ribu-Rp25 ribu, tergantung jauh atau dekatnya tujuan.

Dari pantauan di lapangan, beberapa bajaj dan pengemudinya terlihat sedang mangkal di sekitar Jalan Baru Underpass, Kelurahan Bekasi Jaya, Kecamatan Bekasi Timur. Mereka tengah menunggu penumpang sembari beristirahat siang. Ada yang terlihat sedang duduk santai di dalam bajajnya. Ada pula yang ngopi di warung kelontong yang ada di sekitarnya.


Pro-kontra

Moda transportasi roda tiga itu sudah lama beroperasi di Jakarta. Di Kota Bekasi, baru ada mulai pertengahan Oktober lalu. Saat ini puluhan bajaj disebar di beberapa kawasan perumahan di Kota Bekasi.
Bajaj memiliki keunggulan bisa memuat lebih dari satu penumpang ketimbang sepeda motor (ojek). Daya angkut untuk barang bawaan penumpang juga lebih banyak.

“Keunggulan kita bisa memuat penumpang lebih dari satu. Kalau sendirian, warga lebih tertarik pakai ojek. Mungkin kurang sosialiasi kalau sekarang sudah ada bajaj di Bekasi,” ujar Udi.

Muhammad Lingga, 27, warga Jalan Kusuma Wijaya, Kota Bekasi, mengaku tak tertarik naik bajaj. Lingga lebih memilih menggunakan jasa ojek online ataupun angkutan umum sebagai moda transportasi.

Sejumlah sopir angkot di wilayah Bekasi Jaya pun menge-luhkan adanya bajaj di wilayah mereka sebab makin mengurangi pendapatan. Rais, sopir angkot K01 jurusan Perumas III, Bekasi-Pulo Gadung, mengaku terancam dengan hadirnya bajaj. Kehadiran ojek online sudah menggerus penghasilannya.

“Tambah saingan bajaj, makin susah kita. Saat ini bawa pulang uang ke rumah maksimal Rp80 ribu-Rp90 ribu,” terang Rais.

Bagi Farida, 38, ibu rumah tangga yang tinggal di Perumnas III, Duren Jaya, Kota Bekasi, keberadaan bajaj sangat membantu dirinya. Apalagi saat berbelanja di pasar, dengan barang belanjaan yang cukup banyak.

“Kalau ke pasar belanja sayur mayur dan kebutuhan rumah lainnya, enak pakai bajaj. Muatannya banyak, bayarnya juga tidak mahal,” kilah Farida.

Lain halnya bagi anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bekasi, Reynold Tambunan. Reynold menolak adanya angkutan jenis bajaj di lingkungan perumahan. Menurut dia, bajaj yang difungsikan sebagai angkutan lingkungan amat mungkin akan pindah ­beroperasi ke jalan raya. “Bisa saja mereka keluar ke jalan raya. Kalau sudah melebar ke jalan raya, lalu lintas akan semakin semrawut,” ungkap Reynold.

Menurut dia, Pemerintah Kota Bekasi harusnya fokus pada penataan moda transportasi umum yang ada. Peremajaaan angkutan umum, misalnya. Hal tersebut lebih dibutuhkan daripada menambah moda transportasi bajaj di Kota Bekasi. (J-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya