Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Pedagang Berharap Kebutuhan Tercukupi

21/11/2016 01:00
Pedagang Berharap Kebutuhan Tercukupi
(ANTARA)

PARA pedagang sayur-mayur di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menyambut positif hadirnya Rumah Sayur, tahun depan.

Namun, mereka berharap kehadirannya bukan hanya mampu memotong mata rantai distribusi, melainkan juga mampu mencukupi kebutuhan pasar.

Konsep Rumah Sayur pertama kali akan diterapkan di Pasar Ciputat.

Eko, 43, salah satu pedagang sayur di pasar itu saat menghadiri sosialisasi Rumah sayur dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Tangsel, mengaku mendapat angin segar atas adanya rencana itu.

Meski mengaku belum tahu persis teknis alur distribusi yang akan berjalan, ia menilai konsep Rumah Sayur bisa membuat harga sayur-mayur jauh lebih murah daripada sebelumnya dan stabil.

"Risiko rugi kami sebagai pedagang menjadi lebih kecil. Nanti katanya kami membeli sayur kepada koordinator Rumah Sayur. Selama ini kan kami membeli di pasar induk yang harganya setiap hari enggak bisa dipastikan," ujarnya, pekan lalu.

Namun, konsep perdagangan seperti itu rupanya masih menyisakan kekhawatiran para pedagang.

Mereka bertanya-tanya apakah ketersediaan barang di tingkat petani bakal mencukupi kebutuhan pedagang dan konsumen, sementara pasokan sayur-mayur dari pasar induk atau pedagang besar bakal terputus?

"Pedagang biasanya enggak cuma belanja barang dari satu tempat. Kalau di satu tempat kosong, mereka pindah ke tempat lain. Katanya lewat Rumah Sayur lebih murah. Mudah-mudahan stok barangnya juga lengkap dan cukup," harapnya.

Yatni, 51, pedagang sayur-mayur di Pasar Ciputat, ikut menimpal.

Selama ini pedagang pasar sering menjadi kambing hitam lonjakan harga kebutuhan pokok.

Padahal, kondisi demikian terjadi dari pasar induk.

"Pembeli kan enggak mau tahu. Protesnya ke kami. Padahal, kami enggak mau jualan mahal. Untungnya sama saja, yang ada risiko rugi," ketusnya.

Jika mengikuti pola perdagangan selama ini, para pedagang di pasar tradisional menjual sayur-mayur dengan mengacu ke harga pasar induk atau pedagang besar.

"Kalau dari sana naik, ya kami ikut naik. Kami juga enggak mau pusing, apakah di petani memang harganya naik atau enggak," imbuhnya.

Sejauh ini pengelola maupun unit pelaksana teknis (UPT) pasar mengalami kendala dalam mengawasi harga.

Alasannya, jalur distribusi barang ke pasar tradisional dilakukan setiap pedagang tanpa terorganisasi.

Di Pasar Ciputat, tercatat 350 pedagang menempati kios bagian dalam pasar, sedangkan di luar pasar atau pedagang kaki lima, jumlahnya lebih banyak, yakni 400 pedagang.

"Saat terjadi kenaikan harga, kami paling mencari tahu penyebabnya ke Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, atau Tanah Tinggi, Kota Tangerang," ujar Kepala Pasar Ciputat Ardani. (DA/J-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya