Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
PANJANGNYA rantai distribusi sayur-mayur dari petani hingga tangan pembeli di pasar rawan dimainkan para spekulan, terutama terkait dengan harga.
Persoalan itu kini tengah diatasi Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) lewat pembentukan Rumah Sayur.
Hadirnya Rumah Sayur diharapkan bisa menstabilkan harga sayur-mayur dengan cara memangkas mata rantai jalur distribusi.
Pergerakan harga kebutuhan pokok dan sayur-mayur di pasar kerap fluktuatif.
Bahkan, seakan menjadi budaya, nyaris seluruh harga barang kebutuhan meroket menjelang hari raya atau saat musim hujan.
Terkadang, itu didahului dengan kelangkaan barang.
Spekulasi harga sayur di pasar kerap dijalankan tengkulak besar.
Mereka terus menciptakan kondisi supaya harga tinggi, sedangkan modal yang dikeluarkan kepada petani atau peternak rendah.
"(Rumah Sayur) mulai berjalan tahun depan (2017) dan diterapkan ke seluruh pasar tradisional yang ada di Kota Tangsel. Saat ini pedagang masih membeli secara acak ke pasar induk," kata Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Tangsel Malik Kuswari, pekan lalu.
Selama ini pasokan barang ke pedagang di pasar tradisional kota itu datang secara acak.
Jalur distribusinya lumayan panjang, mulai petani, tengkulak, pedagang besar di pasar induk, baru sampai pedagang di pasar tradisional.
Kondisi tersebut jelas membuat pemerintah daerah kesulitan mengontrol harganya.
Kondisi itu memicu laju harga bergerak liar.
Pedagang besar dengan mudah memainkan harga melalui berbagai dalih.
Belum lagi membengkaknya hitungan biaya distribusi yang sampai ke beberapa tempat itu.
Buntutnya, tidak cuma konsumen yang dirugikan karena harus membeli dengan harga tinggi, melainkan juga pedagang.
"Kalau harga sayur sudah mahal, pedagang pasti ikut rugi. Untuk bisa berjualan, mereka harus mengeluarkan modal besar. Terkadang perputaran modalnya tidak berjalan karena setelah mengeluarkan modal besar ternyata tidak ada pembeli," terangnya.
Padahal, menurut Kepala Bidang Perdagangan Disperindag Kota Tangsel Rohidin, di wilayahnya ada enam pasar tradisional yang beroperasi.
Para pedagang di pasar tersebut setiap hari harus menunggu pasokan dari pasar induk di Jakarta, Bogor, atau Kota Tangerang.
Namun, dengan adanya Rumah Sayur, Pemerintah Kota Tangsel akan langsung membeli itu kepada petani, kelompok tani, atau pemerintah daerah yang membina petani.
"Kerja sama sudah dibentuk dengan kelompok petani di Bandung, Bogor, dan Sukabumi, Jawa Barat. Dengan cara itu, semua pihak untung. Kita bisa membeli murah dan hasil kebun petani terjual," katanya.
Sayuran dijemput
Rohidin menjelaskan, dalam menjalankan program Rumah Sayur, Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pasar Tangerang Selatan menunjuk Pasar Ciputat sebagai pilot project atau program percontohan.
Setelah itu, semua pasar di Kota Tangsel akan bekerja sama dengan Rumah Sayur untuk memutus rantai distribusi sayur-mayur dan memperoleh barang dengan harga murah.
"Para pedagang di enam pasar secara bertahap akan bekerja sama dengan Rumah Sayur. Jadi, kita seakan punya enam pasar induk. Nantinya kita juga akan layani penjualan ke daerah dan kota seperti Jakarta," paparnya.
Koordinator Rumah Sayur Husein Hamidy menambahkan secara teknis setiap hari sayur-mayur untuk keenam pasar akan diantar kelompok tani rekanan atau dijemput secara langsung oleh Rumah Sayur.
Sementara itu, pergerakan harga diawasi dengan ketat sehingga mudah dikendalikan. (J-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved