Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
SEJAK roboh karena tertabrak truk pengangkut crane pada 16 Mei 2016, jembatan penyeberangan orang (JPO) yang melintang di atas ruas Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) Km 7+200 hingga kini belum dibangun lagi.
Padahal, JPO yang berada di ruas jalan Bumi Serpong Damai (BSD) wilayah Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), itu sangat vital.
Ratusan warga sekitar setiap hari menggunakannya untuk menuju kantor, sekolah, atau pasar.
Kini ketiadaan JPO membuat akses antara Kampung Poncol, Kelurahan Serua, dan Kelurahan Kampung Sawah terputus.
Warga kedua kelurahan harus menempuh perjalanan memutar dengan jarak 4 kilometer lebih jauh melalui Jalan Raya Jumbang.
Penantian warga agar mereka dapat kembali memangkas waktu perjalanan lewat keberadaan jembatan serupa belum terlaksana.
Bahkan, hingga kini belum ada kepastian kapan jembatan itu akan dibangun kembali.
Perjuangan menempuh perjalanan lebih panjang selama lima bulan terakhir antara lain dirasakan Sofyan, 39, warga Kampung Sawah.
Padahal, ketika jembatan masih ada, pemilik toko kelontong itu, untuk mengantar anaknya sekolah, hanya perlu menempuh perjalanan 1 kilometer.
Kini selain ia harus memutar lebih jauh, perjalanan menjadi lebih lama karena kondisi jalan yang harus dilaluinya macet.
"Sejak enggak ada jembatan, jadi berasa banget. Harus muter jauh. Mana belum jelas kapan dibangunnya lagi tuh jembatan," keluh Sofyan, kemarin.
Akibat robohnya jembatan, para orangtua yang memiliki anak usia sekolah seperti Sofyan memang membutuhkan waktu ekstra karena kini mereka harus mengantar mereka bersekolah.
"Waktu jembatan belum roboh, anak-anak bisa berangkat sekolah sendiri, jalan kaki lewat jembatan," ungkapnya.
Harapan warga atas adanya jembatan baru cukup beralasan.
PT Nusantara Infrastruktur selaku pemegang konsesi tol sepanjang 7,25 kilometer (km) yang menghubungkan Pondok Aren dan Serpong itu sempat menjanjikan kepada warga akan membangun kembali jembatan pada Oktober lalu.
Namun, hingga kini janji itu belum ditepati.
"Kemarin katanya bulan 10 (Oktober 2016) mau dibangun, tapi sampai sekarang tanda-tandanya aja enggak ada. Info lanjutannya aja enggak jelas. Sebenarnya mau dibangun lagi apa enggak masih belum jelas," keluh Sulaiman, 45, warga lainnya.
Membahayakan
Ia khawatir pengelola tol ingkar janji.
Hal itu bakal membahayakan karena sebagian warga mulai tidak sabar dan nekat menyeberangi tol lantaran tidak ada jalan alternatif terdekat.
Ia dan warga lainnya tidak peduli siapa yang harus membangun kembali jembatan penyeberangan tersebut.
Mereka hanya ingin aktivitas mereka lancar kembali seperti sedia kala.
Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) Kota Tangsel Retno Prawati saat dimintai konfirmasi mengatakan pihaknya akan menyampaikan keluhan warga kepada pengelola tol.
Menurutnya, pembangunan jembatan penyeberangan semestinya jadi tanggung jawab pengelola tol atau perusahaan truk pembawa crane.
Jika kebutuhan masyarakat terhadap jembatan penyeberangan tinggi, sementara tidak ada swasta yang mau membangun, ujar Retno, pemerintah daerah bisa mengambil alih itu.
Namun, ia menekankan pengelola tol harus segera memenuhi hak masyarakat sekitar sebagai dampak pembangunan. (J-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved