Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Wisata Religi di Bekas Lokalisasi

Putri Anisa Yuliani
11/9/2015 00:00
Wisata Religi di Bekas Lokalisasi
(MI/Panca Syurkani)
JAKARTA Islamic Center (JIC) yang tengah disiapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai destinasi wisata religi akan menambah keberagaman tujuan wisata di Ibu Kota. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menilai JIC berpotensi menjadi objek wisata religi karena sejarah pembangunannya yang bergelut dengan penolakan warga setempat yang saat itu menggantungkan hidup dari lokalisasi Kramat Tunggak. "Harus kita kembangkan terus menjadi wisata Islam karena orang juga sudah banyak ke sini pasti untuk belajar," ujarnya. JIC yang terletak di Koja, Jakarta Utara, lahir dari tangan Gubernur DKI saat itu, Sutiyoso.

Ia dengan tegas ingin menghilangkan lokalisasi paling terkenal di Jakarta tersebut. Tidak menunggu lama, setelah berhasil menggusur dan menutup lokalisasi tersebut, Sutiyoso merevitalisasinya menjadi pusat kajian Islam dengan sebuah bangunan masjid megah di dalamnya. "JIC itu punya nilai sejarah yang bagus sekali. Bagaimana Bang Yos dengan beraninya menutup lokalisasi dan menjadikan pusat kajian Islam di Jakarta pertama waktu itu," kata Ahok di Balai Kota, beberapa waktu lalu. Saat dihubungi terpisah, Kepala Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jakarta Utara Suwarto mengungkapkan pengembangan JIC menjadi objek wisata religi baru bisa direalisasikan tahun depan karena penganggarannya belum dibentuk pada tahun anggaran 2015.

Suwarto berharap pemprov membangun jaringan bus wisata gratis sampai ke kawasan JIC karena urusan transportasi menjadi persoalan utama bagi para pengunjung JIC. Lalu lintas dari dan menuju lokasi yang sangat macet membuat pengunjung tidak nyaman. "Kalau saat ini yang paling terlihat untuk dibenahi itu urusan transportasi karena jalur di sana sangat macet. Kalau bisa ada perbaikan dan ada bus wisata gratis ke sana. Saya yakin nanti akan semakin banyak yang datang."

Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan (KUMKMP) DKI Jakarta Irwandi mengatakan pihaknya akan membangun lokasi inkubator penataan pedagang kaki lima (PKL) di kawasan JIC. Lokasi tersebut akan dibuat serupa Lenggang Jakarta yang sudah ada di kawasan IRTI Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat.
"Kan JIC nanti jadi tempat wisata, jadi di situ orang bisa menikmati kuliner yang halal. Intinya memasukkan PKL yang ada ke lokasi binaan," kata Irwandi. Konsep transaksi nontunai yang diterapkan di Lenggang Jakarta juga akan diterapkan di lokasi inkubator PKL di JIC.

Meskipun demikian, berbeda dengan Lenggang Jakarta, PKL di kawasan JIC selain menjual makanan berbahan baku sehat juga harus halal. Untuk itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) akan diikutsertakan dalam mengawasi bahan baku makanan yang dijual PKL. Di samping itu, tidak seperti Lenggang Jakarta yang dibangun melalui dana tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR), lokasi penataan PKL JIC akan didanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI 2016. Dana yang dikucurkan pun mencapai Rp10 miliar. "Jadi untuk melengkapi sarana di sana memang harus disiapkan. Tak hanya kuliner, orang-orang juga bisa membeli suvenir, baju, dan perlengkapan salat di PKL itu," tuturnya.

Karya ulama
Kala ditemui terpisah, Wakil Kepala JIC Khudrin Hasbullah mengatakan saat ini tengah disiapkan pembangunan museum untuk menampung hasil karya para ulama di Indonesia, khususnya di Jakarta. Setiap pengunjung diharapkan bisa melihat dan mengenal hasil karya para ulama. "Saat ini belum banyak lembaga yang memfasilitasi peninggalan para ulama. Nantinya karya para ulama itu bisa ditampung, khususnya ulama Betawi. Destinasi wisata yang diimpikan gubernur seperti itu," ujarnya. Saat ini, pihaknya tengah mempersiapkan pranata pendukung seperti sumber daya manusia.

Selain itu, pengurus JIC berkonsultasi dengan cendekiawan muslim Indonesia agar program Pusat Studi Islam dan destinasi bisa terwujud. Rencananya, awal 2016, proses pembangunan bisa berjalan. "Pendidikan ini kan perlu disiapkan, dari tenaga pengajarnya. Nah ini lagi di cari model-modelnya seperti apa dalam pembahasan. Konsultasi dengan cendekiawan muslim juga. Pak Ahok minta 2016 minta running," jelasnya. Salah satu cendekiawan muslim yang turut memberikan masukan kepada Gubernur Sutiyoso dalam membangun JIC, Azra, mengatakan keberadaan JIC saat ini sudah sesuai seperti yang dicita-citakan saat pertama kali dibangun.

"Pada dasarnya pengembangan JIC sudah sesuai konsep dasar sebagai pusat ibadah, pendidikan, dakwah, dan wisata keagamaan seperti yang diinginkan saat itu," kata Azra. Ia menyarankan, dalam pelaksanaannya kelak, JIC perlu melibatkan tokoh-tokoh terkemuka dalam menjalankan kepengurusan dan menyelenggarakan berbagai kegiatan. "Yang terpenting perlu sosialisasi lebih aktif tentang apa yang ada di dalam JIC sendiri kepada warga Jakarta juga Indonesia," kata mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya