Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Kesimpulan Ahli Psikologi Klinis Jaksa Dinilai Inkonsisten

Arga Sumantri
19/9/2016 12:20
Kesimpulan Ahli Psikologi Klinis Jaksa Dinilai Inkonsisten
(MI/Panca Syurkani)

AHLI Psikologi Universitas Indonesia Dewi Taviana Walida Haroen melihat ada yang inkonsisten dari kesimpulan ahli psikologi jaksa, Antonia Ratih Anjayani. Dia melihat inkonsistensi itu dalam berita acara pemeriksaan (BAP) kesaksian Ratih.

Pengacara terdakwa Jessica Kumala Wongso, Otto Hasibuan, mencoba membacakan kesaksian Ratih dalam berita acara. Ketika bersaksi, Ratih mengatakan kalau Jessica dalam keadaan waras dan sadar.

"Tapi ada kesimpulan kalau Jessica itu berkepribadian narsistik dan ada kesimpulan mental disorder pada Jessica, bagaimana itu?" kata Otto di Ruang Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (19/9).

Dewi pun menjelaskan dua kesimpulan ahli psikolog yang inkonsisten itu ada pada poin Jessica sehat secara mental dan ada mental disorder diri Jessica. Sebab, mental disorder itu punya arti gangguan jiwa.

"Itu kontradiktif. Tujuannya, itu untuk profiling, tapi untuk waras dan sadar lalu ada mental disorder, itu jadi ada dua kesimpulan," ujar Dewi.

Oleh karena kesimpulan Rati dinilai kontradiktif, Otto juga menanyai apakah keterangan Ratih pada akhirnya dapat menjadi pegangan majelis hakim.

Menurut Dewi, tidak. Sebab, dalam keilmuwan yang dia pelajari, ketika ada ketidaksingkronan kesimpulan, sulit untuk menjadikan kesimpulan itu sebagai dasar.

"Ketidaksinkronan tujuan dan kesimpulan berarti pemeriksaan tidak bisa dipertanggungjawabkan," ujar Dewi.

Pada sidang 18 Agustus, ahli psikolog klinis Antonia Ratih Andjayani membeberkan hasil analisis kepribadian Jessica Kumala Wongso. Dia mendiagnosis Jessica memiliki kepribadian jenis amorous narcissistic.

Ratih mengambil kesimpulan itu usai melakukan wawancara dengan Jessica sekira enam jam saat proses penyidikan.

Amorous narcissistic, kata Ratih, merupakan kategori kepribadian yang membuat seseorang seringkali menggunakan kebohongan yang rumit untuk beralih dari pembicaraan yang satu ke yang lain.

Ratih menjabarkan, sifat amorous narcissistic merupakan turunan dari kepribadian jenis narcissistic. Kepribadian jenis itu punya definisi kecenderungan seseorang yang memiliki dorongan untuk menjadi pusat perhatian melalui pujaan di lingkungan sekitar. Hal semacam itu, bisa menjadi kebutuhan orang dengan kepribadian narcissistic.

Di awal keterangannya dalam sidang, Ratih juga sempat menyatakan, kalau secara umum, Jessica dalam kondisi yang sehat mentalnya dan waras. (MTVN/OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya