Giliran Saksi Kriminolog Dihadirkan, Emosi Jessica Terpancing

Deni Aryanto
01/9/2016 19:05
Giliran Saksi Kriminolog Dihadirkan, Emosi Jessica Terpancing
(ANTARA)

TIDAK seperti pada sidang-sidang sebelumnya yang terlihat tenang dan hanya menyimak keterangan saksi, emosi Jessica Kumolo Wongso tiba-tiba tidak terbendung.

Terdakwa kasus kematian Wayan Mirna Salihin akibat kopi sianida itu langsung bereaksi atas keterangan saksi ahli pada proses persidangan ke-17 yang tengah menjeratnya di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (1/9).

Masih duduk di samping kuasa hukumnya di meja bagian kiri majelis hakim, Jessica dengan nada tinggi coba mematahkan kesaksian yang tengah dipaparkan Saksi Ahli Kriminologi Ronny Rasman Nitibaskara terkait sikap dingin terdakwa mulai bertemu Mirna hingga saat proses pemeriksaan terhadap dirinya berjalan.

Coba meyakinkan majelis hakim, ia mengutarakan perasaan yang kini tengah dihadapinya. Menurutnya, apa yang dirasakannya tidak sesuai dengan apa yang digambarkan saksi ahli.

"Satu yang mulia, mengenai saya tidak tertekan, itu tidak benar. Sampai detik ini, saya tertekan sangat berat," celetuk Jesica ke arah majelis hakim.

Ungkapan tersebut dilontarkannya menanggapi keterangan saksi yang menilai Jessica tidak tertekan saat pemeriksaan kasus kematian Mirna. Tidak hanya itu, terdakwa juga terlihat merupakan sosok yang keras kepala dan berpotensi memiliki dorongan untuk merencanakan menyakiti orang lain.

"Pendapatnya (Ronny) banyak yang tidak benar, bohong semua," ketusnya.

Ronny memberi kesimpulan menurut pengamatannya melalui rekaman kamera pengawas (CCTV) ada rasa ketidaknyamanan antara Jessica dan Mirna saat baru bertemu di dalam Kafe Olivier. Hal itu terlihat saat Mirna memeluk Jessica dengan hanya satu tangan dan tidak menempelkan tubuhnya secara tulus.

"Memberi jarak seperti itu adalah bahasa tubuh, gestur, dan adanya penolakan. Komunikasi nonverbal itu menunjukan proses menghindari," katanya.

Adanya kejanggalan, menurut dia, juga terlihat kala Jessica menutup sorotan kamera dengan jejeran tiga buah paperbag yang dibawanya. Di situ Jessica mengibaskan rambutnya dengan pandangan wajah menoleh ke kanan dan kiri. Gerakan itu menunjukkan yang bersangkutan dalam keadaan tegang.

Pada rekaman CCTV diwaktu pukul 16.23.48 WIB, Jessica sempat memasukan tangannya ke dalam tas. Namun, aktivitasnya terhalang tas. Hanya terlihat gerakan tangannya yang membelai dan merapikan rambut. "Itu tanda-tanda kecemasan dan kegelisahan," ungkap Ronny dengan yakin.

Pada tahap penyidikan, saat itu Ronny juga turut dilibatkan untuk memeriksa Jessica. Sejumlah pertanyaan sengaja dikemasnya dalam bahasa lelucon. Pada kesempatan itu, ia menangkap adanya ketidakselarasan antara gerak tubuh dan bahasa verbal terdakwa.

"Mata Jessica terlihat berbinar yang berarti tidak mengalami beban hidup berat. (Saat pemeriksaan) Jessica sering melipat kaki. Semua mencerminkan yang bersangkutan sedang melakukan kebohongan," paparnya.

Tidak hanya Ronny, Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia, Sarlito Wirawan turut menyampaikan kejanggalannya atas perilaku Jessica saat di dalam kafe. Menurutnya, apa yang ditunjukkan Jessica saat menunggu Mirna dan Hani tidak lazim.

"Misalnya berkeliling (ruangan Kafe Olivier) dahulu. Kemudian dalam waktu masih lama pesan (minuman) dahulu. Padahal, kan menunggu masih lama," ucapnya.

Kegiatan tidak lazim lainnya seperti menyibukkan diri meletakkan dan menata paperbag di atas meja lalu memindahkannya ke bawah. Umumnya seseorang saat menunggu lebih cenderung membaca buku, bermain gadget, atau menonton televisi. Biasanya barang belanjaan tidak begitu menjadi perhatian saat menunggu.

"Yang dapat disimpulkan (berdasarkan rekaman CCTV) hanya yang dapat saya lihat. Bahwa ada kaitan antara urutan gerak-gerik memasang paperbag, kopi datang, sampai Mirna tewas. Ada rangkaian yang dilakukan terdakwa," bebernya. (OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya