Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
PENGANTAR: Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) kerap dianggap sebagai penyakit mematikan, menular, dan tidak dapat disembuhkan. Perkembangan teknologi medis telah memastikan penggunaan antiretroviral dapat menekan virus sehingga menekan peluang penularan dari orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Berikut penelusuran wartawan Metro TV dan Media Indonesia terhadap penanganan penderita HIV/AIDS. Ini merupakan laporan ke-10.
Indonesia memang menyatakan diri sangat serius dalam upaya pengendalian HIV/AIDS. Program yang dibuat Kementerian Kesehatan selalu bertolak dari jenis dan perkembangan kasus terkait penyebaran virus tersebut dengan mengacu perkembangan terbaru protokol World Health Organization (WHO).
Seperti, inovasi pencegahan penularan dari jarum suntik atau harm reduction ditelurkan pada 2006 karena epidemi HIV/AIDS di Indonesia saat itu paling banyak terjadi di kalangan pengguna narkoba suntik. Pada 2010 Kemenkes membuat program pencegahan Penularan Melalui Transmisi Seksual (PMTS) karena mulai muncul kasus HIV pada ibu rumah tangga.
Kasus penularan kepada ibu rumah tangga terus meningkat, begitu pula penularan dari ibu tersebut kepada bayi yang mereka lahirkan. Kemenkes akhirnya mengeluarkan program Penguatan Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak (PPIA) pada 2011.
Program PPIA mengacu pada PPTCT (Prevention Parents To Child Transmission) yang dibuat oleh WHO yang terus diratifikasi sesuai perkembangan penelitian mengenai HIV/AIDS. PPTCT pun mengalami perubahan seiring ditemukannya terobosan penemuan obat Antiretroviral (ARV) pada 2013 yang kemudian ditindaklanjuti dengan program Strategic use of ARV (SUFA).
''Kita dapat menekan dengan cara minum obat ARV, sehingga virus dalam tubuhnya tidak sufficient lagi terutama untuk menularkan orang lain,'' terang Dokter SpOG di Rumah Sakit Sint Carolus Ekarini. Lalu, apa dampak konsumsi ARV terhadap janin di dalam kandungan ibu yang positif HIV? Ekarini menjelaskan, ibu yang positif HIV harus meminum ARV agar menekan virus HIV sekecil mungkin.
Menurut penelitian para ahli, dia menjelaskan, jika sudah meminum ARV selama enam bulan secara teratur jumlah virus dalam tubuh ibu tidak akan cukup untuk menularkan kepada orang lain terutama ke bayi yang dikandungnya. Maka besar kemungkinan janin tersebut negatif HIV walaupun orangtua mereka positif.
Sehingga, lanjut dia, semua ibu hamil akan langsung dites HIV/AIDS dalam antenatal care (pemeriksaan dalam masa kehamilan), dan langsung diberikan ARV begitu diketahui positif HIV. Apalagi ibu yang sudah mengetahui kondisinya positif HIV sebelum masa kehamilan. ''Mereka yang sudah minum beberapa tahun, CD4 (tingkat kekebalan tubuh) sudah di atas 500, dan HIV RNA sudah kurang dari 1.000 copy, itu sudah tidak terdeteksi virusnya,'' paparnya.
Dengan perkembangan sedemikian maju dalam pengendalian virus HIV/AIDS, protokol WHO pun mengalami ratifikasi. Begitu pula program PPIA yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan. Dalam kondisi virus yang sudah tidak terdeteksi, lanjut Ekarini, seorang ibu hamil yang positif HIV semestinya diperbolehkan untuk melahirkan normal dan menyusui bayinya dengan ASI.
Dia menambahkan, bayi boleh lahir normal asalkan ibu sudah mengonsumsi ARV selama 6 bulan dan perjalanan persalinannya lancar, kurang dari 12 jam serta tidak ada pembukaan serviks yang sangat kecil dari mulut rahim. Begitu pula perihal menyusui bayi. Jika ibu positif HIV sudah minum ARV selama 6 bulan, virus tidak akan terdeteksi pada ASI-nya. ''Tapi hati-hati, kadang waktu menyusui suka ada luka lecet dan keluar darah. Kadang darah mengandung virus itu walaupun dalam jumlah sedikit masih punya resiko menularkan,'' terangnya. Pemberian ASI pun harus dilakukan secara eksklusif, tidak dicampur dengan susu formula. Selain diberikan kepada ibu, ARV juga harus dikonsumsi oleh sang bayi. (Nat/T-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved