BANJIR yang melanda sejumlah wilayah Ibu Kota sejak Senin (9/2) membuat sejumlah orang terjebak di tempat kerja, bahkan membuat mereka terpaksa menginap tanpa persediaan makanan. Mereka baru bisa terlepas dari kepungan banjir ketika air mulai surut, kemarin.
Di antara mereka yang terjebak banjir di tempat kerja adalah Abdul, 29, bersama dua rekannya yang berkantor di rukan berlantai tiga di Jalan Danau Sunter, Jakarta Utara. Ketiganya sadar tidak bisa pulang setelah ketinggian banjir di jalan depan kantor pada Senin sekitar pukul 18.00 WIB mencapai 50 sentimeter.
Hingga larut malam air bahkan bukannya menyusut, melainkan terus meninggi hingga masuk ke lantai 1 tempat bimbingan belajar itu.Ketiganya akhirnya memutuskan menginap di lantai 2 kantor tersebut.
"Kemarin mau pulang juga bingung. Sepeda motor sudah tidak bisa melewati banjir.Mau pulang siang, sebelum banjir meninggi, kan belum waktunya," kata Abdul, kemarin. Kondisi banjir diperparah padamnya pasokan listrik dari PLN sehingga ketiganya pasrah di tengah gelap gulita dan tanpa alat komunikasi karena baterai telepon seluler mereka satu per satu kehabisan daya.
Kondisi ketiganya semakin sengsara karena semakin larut perut ketiganya me nagih untuk diisi. Padahal, di kantor tersebut sama sekali tidak ada makanan.
Setelah tidak mampu lagi menahan lapar, mereka akhirnya memutuskan turun dan menggedor rumah makan di ruko sebelah kantor mereka, yang saat itu sudah tutup.
Dengan jurus mengobrol ngalor-ngidul terlebih dahulu, Abdul mencoba merayu salah seorang karyawan rumah makan tersebut supaya mau melayani meski di tengah kondisi lantai ruko terendam setinggi 10 sentimeter.
Hasilnya, pelayan rumah makan tersebut berbaik hati, mau memasak kwe tiaw untuk Abdul dan dua rekannya.Setelah perut kenyang, keti ganya bisa beristirahat meski hanya tidur terduduk di kursi.
Kemarin pagi, ketiganya nekat memutuskan menerobos banjir yang mulai sedikit surut untuk pulang. Novi, 23, satu-satunya perempuan yang terjebak banjir di kantor itu, berhasil meninggalkan rukan menuju rumahnya di Papanggo, Tanjung Priok, dengan menumpang truk yang melintas.
"Yang penting bisa melewati banjir dan sampai di rumah," kata Novi.