Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

Berpanas-panas Menjaga Kenyamanan Penumpang

11/3/2016 02:30
Berpanas-panas Menjaga Kenyamanan Penumpang
(Istimewa)

PULUHAN penumpang KM Sabuk Nusantara 46, terlena dengan embusan pendingin ruangan saat menuju Kepulauan Seribu.

Beberapa penumpang terlihat tertidur di atas matras empuk berwarna biru yang tersedia.

Beberapa penumpang lainnya berusaha menahan kantuk.

Di balik kenyamanan itu, ada orang-orang yang terkungkung di dalam sebuah ruangan dengan suhu 37 derajat celsius.

Mereka menjaga kapal agar terus berlayar dan peralatan elektronik tetap menyala.

Salah satunya ialah Masdulhaq Manan, 60, Chief Engineer KM Sabuk Nusantara.

Manan memimpin pengoperasian dua buah mesin 4 tak kapal itu.

Tugas Manan bersama lima krunya yang biasa disebut oiler ialah memastikan perjalanan dan kenyamanan penumpang kapal.

Manan yang menggunakan baju kodok jins dan dipadu kaos oblong putih rajin mengecek kondisi mesin yang terletak di lantai paling dasar kapal.

Ia membawa senter, pulpen, obeng, dan lainnya yang terselip di antara saku-sakunya.

Ia memastikan mesin-mesin dalam kondisi baik untuk menempuh sekitar 8 jam perjalanan hingga ke pulau terakhir, Pulau Kelapa.

"Kapal ini masih baru. Jadi, tidak banyak masalah. Di sini juga tersedia onderdil. Kalau ada kerusakan, langsung kita perbaiki," kata pria yang sudah bekerja sebagai engineer kapal milik pemerintah sejak 1977 itu, Minggu (6/3).

Sebelum Manan masuk ke ruangan mesin itu, kedua telinganya ditutupi headphone.

Itu harus dilakukan karena dua mesin besar untuk menjalankan kapal dengan panjang 40 m dan lebar 9 meter itu mengeluarkan suara yang sangat berisik.

"Enam bulan sekali kita tes THT untuk cek telinga dan dikasih obat oleh dokter," ujar Manan dengan suara yang keras.

Setiap berbicara ia memang selalu begitu.

Itu merupakan pengaruh bekerja di ruangan berisik.

Sebenarnya, pria berambut putih itu sudah pensiun sejak 2014.

Namun, ia harus kembali bekerja karena kapal perintis masih kekurangan tenaga ahli.

Apalagi, karena memiliki pengalaman dan ijazah HTT3 dari BP3IP, Manan dipekerjakan kembali di kapal itu.

"Saya diminta untuk membimbing para engineer yang masih muda-muda di sini," kilahnya.

Ia bangga dengan kapal produksi dari Tegal itu.

Fasilitasnya cukup baik dan manusiawi.

Sebelumnya, penumpang kapal perintis selalu dicampur dengan kambing, ayam, dan lain-lainnya.

"Sekarang ini baru ada kapal perintis yang layak," ujarnya.

Kamaruddin, 32, salah satu oiler kolega Manan, mengaku cukup senang bekerja di kapal perintis itu.

Sebelumnya, ia bekerja sebagai oiler di kapal-kapal milik swasta.

"Di kapal swasta gajinya memang besar, tapi kerjanya lebih ekstra. Kita bisa berlayar berminggu-minggu sampai ke luar negeri. Sekarang lebih santai, dalam satu minggu juga ada hari libur, setiap Jumat," ungkapnya. (Irwansyah Putra/J-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya