Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
"HUHH... minta maaf terus tapi tidak ada perbaikan! Percuma... kali ini enggak saya maafin," gerutu Alex Satriawan, 43, penumpang kereta commuter line, saat kereta yang ditumpanginya menuju Jakarta tertahan di Stasiun Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (10/3).
Disela-sela permintaan maaf masinis melalui pengeras suara di kereta, "Kami mohon maaf karena ada antrean kereta memasuki Stasiun Manggarai".
Kereta commuter line atau biasa disebut KCL, menjadi andalan transportasi Alex yang tinggal di Depok ini.
Saban hari, Alex berangkat dan pulang dari tempat bekerjanya di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, menggunakan KCL.
Ia mengaku, sejak 2001 sudah menggunakan KCL.
Waktu itu namanya masih kereta rel listrik Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (KRL Jabodetabek).
"Ada kereta ekonomi dan AC. Perbedaaan tarifnya sangat jauh, begitupun dengan pelayanannya. KRL AC diutamakan dibanding yang ekonomi karena tarifnya lebih mahal. Jadi, meskipun kereta ekonomi berangkat duluan, yang tiba lebih dulu kereta AC," ungkapnya.
Pelayanannya masih diskriminatif. Ibarat pepatah, "ada uang abang disayang, tidak ada uang abang ditendang."
Kini pelayanan standar, semua kereta berpendingin udara. Minimal ada kipas angin.
Tarifnya juga diseragamkan, terjangkau dari semua kalangan.
Kondisi stasiun juga dibenahi, tidak ada lagi pedagang kaki lima yang menggelar dagangannya ditempat duduk peron.
"Saya pernah berantem di Stasiun Depok lama, saat akan turun dari kereta karena didesak penumpang lain menginjak barang dagangan di sana. Pedagangnya marah, saya lebih marah lagi. Dulu kacaulah, banyak korupsinya mungkin," kenang Alex.
Diakui Alex, dari sisi fisik, kereta dan stasiun terjadi perubahan yang signifikan jika dibandingkan dengan sekitar lima tahun lalu.
Namun, satu hal yang belum berubah ialah keterlambatan jadwal kereta.
Penyebabnya ada gangguan persinyalan dan antre masuk ke Stasiun Manggarai.
"Tiap hari terjadi antrean, khususnya saat saya pulang dan berangkat kerja," timpal Andreas, kolega Alex.
Menurut Andreas, pengelola KCL seharusnya sudah memiliki hitung-hitungan.
Berapa perjalanan setiap hari, berapa KCL yang dioperasikan, dan berapa yang akan masuk atau melintas Stasiun Manggarai.
Apalagi, dengan target 1 juta penumpang dan tambahan gerbong KCL bekas dari Jepang.
"Kekurangannya apa, ya harus ditambah agar tidak selalu tertahan KCL yang akan melintas Stasiun Manggarai, baik dari arah Bogor ke Jakarta atau sebaliknya, dan arah Stasiun Sudirman ke Bogor," kesal Andreas.
Ia berharap masalah klasik tersebut segera diatasi.
Apalagi, teknologi semakin cangih. (Muhamad Fauzi/J-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved