Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

Bertahan di Tengah Kebisingan

Tesa Oktiana Surbakti/X-8
11/2/2015 00:00
Bertahan di Tengah Kebisingan
Pengungsi banjir(Antara)

SUARA bising kendaraan tak menyurutkan senyum di wajah Nunung Andriani, 41, warga RT 10 RW 01 Kelurahan Rawa Buaya, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Sejak kemarin dini hari, Nunung beserta tujuh anggota keluarganya terpaksa mengungsi di selter (halte) Trans-Jakarta Jembatan Baru.

Sedikitnya 64 kepala keluarga dengan total 380 jiwa bernaung di ruangan yang sejatinya diperuntukkan penumpang bus itu. Hamparan tikar dan karpet bertebaran di mana-mana sebagai alas duduk dan berbaring.

"Susah istirahat, Mbak, habisnya berisik banget di sini. Kalau malam hari agak mending, tapi dari pagi sampai sore kuping saya mau pecah rasanya," tutur ibu rumah tangga itu sambil tertawa lebar.

Semula, tutur Nunung, ia beserta ratusan warga lainnya mengungsi di pos RW 01. Namun, luapan air Kali Mookervart membuat air semakin naik hingga merendam seluruh permukiman warga di RW 01 setinggi 1,5 meter.

"Waktu itu subuh, anak-anak masih tidur. Kami tiba-tiba diminta mengungsi ke selter Trans-Jakarta. Pos RW yang semula jadi tempat kami mengungsi ternyata sudah terendam banjir," terang Nunung semalam.

Menurut Nunung, meski selter sudah ditutupi terpal lebar, tempias air hujan masih saja masuk dan mengenai warga. Ditambah lagi nyamuk-nyamuk ganas bergerilya menggigiti pengungsi.

Dalam kondisi seperti itu, tambahnya, balita dan anak kecillah yang paling menimbulkan iba. "Dari tadi banyak bayi dan anak rewel. Mungkin merasa sumpek dan digigitin nyamuk," cetusnya.

Dari pemantauan di lokasi, warga yang tak kebagian tempat di dalam selter karena sudah penuh sesak terpaksa menggelar tikar di tangga penghubung. Di situ terpaan angin terasa lebih kencang. Semakin malam, warga terlihat mulai beristirahat. Mereka berusaha tidur senyenyak di rumah sendiri.

Saat disinggung soal penanganan kebutuhan mandi cuci kakus (MCK), Nunung mengatakan ia beserta anggota keluarganya terpaksa berjalan kurang lebih 200 meter menuju Pasar Sayur Cengkareng. Di sana, terdapat fasilitas kamar mandi. Untuk menggunakan fasilitas itu, dia harus mengeluarkan uang Rp2.000.

Lucunya, lanjut Nunung, sebagian warga terpaksa buang hajat atau air kecil di pinggir Kali Mookervart. Nunung dan warga lainnya berharap sesegera mungkin bisa kembali ke rumah mereka yang meski sederhana, lebih nyaman.

"Sudah kangen tidur di rumah," ucapnya.

Di tempat yang sama, Agus, koordinator warga sekaligus relawan, menyayangkan belum adanya bantuan dari pihak mana pun termasuk Pemerintah Provinsi DKI. "Kebutuhan yang dirasa mendesak, antara lain, susu anak, nasi bungkus, makanan bayi, dan selimut," ujarnya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya