Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Penumpang Antusias, MRT Kedodoran

Rifaldi Putra Irianto
02/4/2019 10:00
Penumpang Antusias, MRT Kedodoran
Calon penumpang antre di loket pada hari pertama fase operasi secara komersial (berbayar) MRT di Stasiun MRT Lebak Bulus(MI/ BARY FATHAHILAH)

Dimulainya pengoperasian moda raya terpadu (MRT) secara komersial (berbayar), kemarin, tidak menyurutkan warga untuk menaiki transportasi massal yang dinamai Ratangga itu. Namun, antusiasme warga itu tidak dibarengi kesiapan pengelola MRT sehingga warga harus antre cukup lama untuk bisa membeli tiket MRT.

Pada hari pertama pengoperasian berbayar tersebut, pembelian tiket mengalami kendala dan kartu yang tidak bisa dibaca mesin tapping yang ada di stasiun. Hal tersebut membuat penumpang mengantre panjang.

Dari pantauan Media Indonesia di Stasiun Lebak Bulus pada pukul 10.00 WIB, kemarin, terlihat antrean yang sangat panjang di depan loket tiket untuk mendapatkan kartu single trip (sekali perjalanan).

Stasiun Lebak Bulus kemarin membuka 4 loket tiket, tetapi semua dipadati antrean penumpang yang mengular. Bahkan panjang antrean terlihat menghalangi jalur masuk penumpang menuju stasiun.

Beberapa petugas MRT melalui pengeras suara sesekali memberitahukan untuk mengantre dengan tertib. "Tolong antre dengan tertib. Buat yang sudah memiliki kartu uang elektronik dapat langsung menuju peron," jelas seorang petugas melalui pengeras suara. Seusai membeli tiket dengan cara mengisi saldo, para penumpang dengan tertib naik ke atas untuk menaiki MRT.

Salah seorang penumpang MRT, Hendri, 25, yang sedang ingin mencoba menggunakan transportasi massal terbaru itu mengatakan pembelian tiket masih jauh dari rasa nyaman dan efisien. Hendri yang mengajak istrinya harus antre selama 30 menit. "Kalau soal nyaman dan efisien, ini masih jauh sih, perlu adanya penambahan loket agar tidak antre panjang," jelasnya. Ia juga mengeluhkan pendingin ruangan yang masih kurang supaya penumpang tidak kepanasan saat antre.

Sementara itu, Nuzman Hisyam, 17, mengatakan telah mengantre selama 45 menit untuk mendapatkan tiket. "Kurang efisien, lumayan membuang waktu, kan ini sudah mulai berbayar seharusnya mesin tiket otomatis (ticket vending machine) sudah bisa digunakan," ungkapnya.

Alternatif pembayaran

Menyusul dimulainya pengoperasian MRT secara komersial kemarin, setelah masa uji coba gratis berakhir pada Minggu (31/3), PT MRT Jakarta selaku operator MRT menyiapkan beberapa alternatif metode pembayaran. Salah satunya melalui kartu jelajah single trip atau sekali jalan.

"Kartu single trip ini harganya Rp15 ribu, kemudian dapat di-top up apabila ingin melakukan perjalanan dengan masa berlaku 7 hari. Penumpang bisa mendapatkan kartu ini di loket tiket di setiap Stasiun MRT," jelas Corporate Secretary Division Head MRT Jakarta, Muhamad Kamaluddin, dalam keterangan resmi, kemarin.

Ia mengatakan bahwa Rp15 ribu pada kartu single trip merupakan deposit yang akan dikembalikan kepada penumpang bila penumpang mengembalikan kartu tersebut ke loket tiket selama masa periode berlaku kartu.

Selain menggunakan kartu single trip, dia menyebut MRT Jakarta juga telah bekerja sama dengan sejumlah bank baik milik pemerintah maupun swasta, yakni Jak Lingko, e-money (Bank Mandiri), Brizzi (Bank BRI), Tap Cash (Bank BNI), Flazz (Bank BCA), dan Jakarta One (Bank DKI). "Untuk penumpang MRT yang telah memiliki kartu uang elektronik juga sudah dapat langsung digunakan," jelasnya. (Put/Ssr/J-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : PKL
Berita Lainnya