Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KELUARGA Presiden keempat RI, almarhum Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur, kompak menghadiri perhelatan akbar Bogor Street Festival (BSF) Cap Go Meh (CGM) 2019, Selasa (19/2).
BSF CGM merupakan ajang seni dan budaya yang menjadi rutinitas tahunan di Kota Bogor. Sama seperti sebelumnya, acara pesta rakyat yang menghadirkan seni dan budaya nusantara itu dilaksanakan di Jalan Suryakancana, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat.
Keluarga dari Presiden periode 1999 hingga 2001 yang hadir ialah Sinta Nuriyah, Yenni Wahid, dan Anita Wahid.
Dalam sambutannya, Sinta menyampaikan apresiasi atas helatan Cap Go Meh yang dianggapnya sebagai semangat yang luar biasa.
Dia mengatakan, Cap Go Meh sebagai momentum untuk membangun kebersamaan secara sejuk dan penuh keakraban antaragama.
Menurutnya, Cap Go Meh yang digelar saat ini, tidak hanya milik warga China saja, tapi juga bisa menjadi ajang tempat masyarakat menyaksikan beragam budaya. Bahkan bisa menjadi ajang kerukunan antar umat agama, antar etnis dan antar budaya dari seluruh masyarakat Indonesia.
Karena menurutnya, dengan cara itulah, kita bisa membuktikan pada dunia bahwa agama bisa menjadi spirit perdamaian dan tradisi bisa menjadi instrumen secara nyata.
"Selamat, terima kasih. Ini jadi ajang kerukunan antarumat," katanya.
Dia mengatakan, mendiang Gus Dur mengeluarkan kebijakan memberikan ruang dilaksanakan kegiatan tersebut, karena Gus Dur menganggap bahwa setiap agama memiliki tradisi, sebagai hasil kreatifitas umat beragama dalam mengamalkan ajaran agamanya.
"Sebagai hasil kreatifitas, maka tradisi bukan agama. Sekali pun bersumber dari agama dan bernuansakan agama. Karena bukan agama, maka tradisi bersifat dinamis," ungkapnya.
Baca juga: Keberagaman Bersemi lewat Pesona Cap Go Meh di Bogor
Sebagai sarana menjalankan ajaran agama, lanjutnya, tradisi juga berfungsi sebagai sarana interaksi dan komunikasi antar manusia.
Dia mencontohkan acara halal bihalal, yang bukan hanya dilakukan umat muslim saja, tapi antar umat yang berbeda agama.
Sekali pun bercorak Konghucu, lanjutnya, tapi perayaan Cap Go Meh sebenarnya suatu bentuk tradisi yang bersumber dari spirit kepercayaan bangsa ini.
Perayaan Cap Go Meh, katanya, bermula dari kegiatan para petani yang memasang lampion di sekeliling ladang untuk mengusir hama dan menakuti binatang perusak tanaman.
Pemasangan lampion itu juga dimaksudkan untuk pemandangan yang indah di malam purnama di awal tahun.
"Itu menggambarkan suasana yang sejuk untuk menumbuhkan keakraban diantara pemeluk agama," pungkasnya.
Hadir dan membuka acara Gubernur Ridwan Kamil (RK). Selain RK, hadir juga dari Kemenpar RI, Kapolda Jabar, Pangdam Siliwangi III, Wali Kota Bogor, dan sejumlah pimpinan daerah tetangga dan tokoh-tokoh besar lainnya.
Selain itu, hadir juga tamu dari negara-negara sahabat, di antaranya India dan Taiwan. Dari India, hadir Prakash Gupta, Wakil Duta Besar India. (OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved