Headline
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.
AKIBAT proses pembebasan lahan yang terkendala, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) yang berada di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) dilaporkan tidak lagi melakukan pekerjaan normalisasi sungai hingga 2020.
Pekerjaan normalisasi Sungai Ciliwung oleh BBWSCC dinyatakan baru mencapai 16 kilometer (km) dari total 33 km panjang sungai. Sodetan Kanal Banjir Timur juga baru dikerjakan 50%. Akibatnya, intensitas hujan yang tinggi berpotensi menimbulkan genangan atau banjir di Jakarta.
Kepala BBWSCC Bambang Hidayah mengatakan pihaknya tidak akan mengalokasikan dana untuk normalisasi sungai Jakarta dalam APBN 2019. Diprediksi proses administrasi pembebasan lahan oleh Pemprov DKI memakan waktu lama.
"Sementara (di APBN 2019) belum kita usulkan karena masih mengumpulkan lahan yang sudah dibebaskan. Prosesnya lama sehingga kita yang dibebaskan sedikit-sedikit. Mudah-mudahan di 2020 berlanjut," papar Bambang dihubungi, akhir pekan lalu.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi Jakarta bakal dilanda musim hujan intensitas sedang mulai awal Oktober.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono Rahadi Prabowo, mengingatkan Pemprov DKI tidak terlena sebab tanpa ada antisipasi genangan dan banjir akan terjadi.
Hujan intensitas tinggi memang baru akan terjadi pada Januari 2019. DKI memiliki waktu tiga bukan untuk mempersiapkan kemungkinan banjir yang melanda. Salah satu bentuk antisipasnya, menurutnya, percepatan normalisasi sungai.
"Mungkin bisa diuji coba di bulan ini," ujarnya.
Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Barat mengklaim titik banjir sejauh ini menurun. Dari 2016 tercatat 32 titik, pada 2018 SDA mengklaim titik banjir hanya delapan titik.
Kasudin SDA Jakarta Barat, Imron Syahrin, mengakui upaya normalisasi air yang telah dilakukan pihaknya membuat penurunan genangan air menurun.
Permukiman warga di Jalan Kebon Pala II, Kampung Melayu, Jakarta Timur, merupakan wilayah langganan banjir sekalipun Jakarta tidak diguyur hujan. Air melimpas ke permukiman warga akibat kiriman dari Bogor.
Sayangnya, kawasan itu tidak termasuk wilayah yang akan dinormalisasi.
Di lain sisi, guna mengantisipasi banjir jelang musim penghujan di sejumlah titik, Unit Pengelola Kebersihan (UPK) Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, dilaporkan telah menyiapkan satgas banjir yang siaga 24 jam.
Menurut Petugas UPK Menteng, Jumari, salah satu antisipasi banjir ialah dengan pengerukan sampah dan pembersihan Pintu Air Manggarai. Menurut dia, Satgas Banjir biasanya juga akan dibentuk untuk berjaga sampai pagi hari.
"Iya satgas banjir empat orang, sistemnya rolling. Tiap malam melakukan pantauan," kata Jumari, akhir pekan lalu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved