Headline
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
MABES Polri mengakui selama tiga bulan terakhir sebelum teror bom di Surabaya, pengawasan Densus 88 pada kelompok teror sempat lemah. Kondisi itu dimanfaatkan teroris dari kelompok Jamaah Ansharut Daullah (JAD) untuk merakit bom dan menyebar aksi teror di sejumlah tempat.
Demikian disampaikan Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Pol Setyo Wasisto, di Jakarta, Kamis (24/5).
"Nah memang selama tiga bulan terakhir sebelum kejadian, dari Densus pengawasannya agak dikendorkan karena melihat yang bersangkutan sudah bersosialisasi dengan masyarakat dengan baik. Kelihatannya ini dimanfaatkan mereka untuk membuat bom itu sendiri," ujar Setyo.
Densus 88 tidak mencurigai mereka lantaran aktivitas mereka selama ini hanya membuat ramuan obat-obat herbal. Adapun barang bukti 54 bom yang dirakit itu mereja pelajari sendiri saat pengajian.
Sejauh ini polisi sudah menangkap 74 teroris dalam operasi. Operasi pengejaran dan penangkapan teroris, kata Setyo, hingga saat ini masih berlangsung.
"Kita masih terus. Kemudian kita akan kejar terus semua yang terkait dengan jaringan-jaringan ini,"katanya.
Menurut Setyo, polisi sudah mengantongi data-data para teroris itu. Semuanya masuk kelompok JAD. Polisi tinggal melakukan penangkapan.
"Ya kan kita sudah dapat data-datanya. Tinggal kita kejar saja mereka. Kita udah tahu semua, sementara ini (mereka kelompok) JAD. Kita sudah tahu semua jaringannya," kata Setyo. (X-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved